PROLOG
Eloisa sedang berdiri di rooftop universitas tempatnya mengajar, kedua sikunya diletakan di pagar pembatas, jemarinya menopang dagunya. Padangannya mengarah ke arakan awan di atas sana, kacamatanya dia letakan di saku kemejanya dan sepatunya sudah dia lepaskan agar dia bisa merasa lebih rileks.
Pikirannya dipenuhi pembicaraannya dengan kedua orang tuanya tadi malam. Mereka berencana menjodohkan dirinya dengan seorang dosen yang juga mengajar di kampusnya ini.
Di usianya yang dua puluh tujuh mungkin memang membuat kedua orang tuanya khawatir. Dia tidak pernah membawa seorangpun pria ke rumahnya semenjak mantan pacar brengseknya lima tahun lalu. Dan memang dia sendiri menjaga jarak dari para pria. Dia sudah tidak percaya lagi dengan sikap manis dan rayuan mereka. Itu semua hanya karena ada mereka inginkan. Setelah mereka mendapatkannya apa yang mereka mau, maka mereka akan membuangmu tanpa perasaan.
Eloisa tahu tidak semua pria seperti itu, contoh paling dekat adalah ayahnya. Ayahnya adalah pria yang baik dan sayang pada keluarganya, ayah bahkan sangat menghormati ibunya.
Tapi apa yang terjadi padanya dulu dan apa yang dia lihat dari teman temannya, bahkan yang sudah menikah sekalipun. Tidak banyak dari mereka yang sepertinya benar benar bahagia. Karena itulah dia menginginkan hidupnya tanpa pria dan segala tipu daya mereka, baginya pria adalah sumber segala penderitaan. Namun masalahnya sekarang orang tuanya tidak menginginkan dirinya terus melajang. Eloisa menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya hari ini.
Tiba tiba ada sepasang tangan melingkar di pinggangnya saat seseorang memeluknya dari belakang. Sontak Eloisa menolehkan wajahnya, bermaksud untuk memarahi siapapun yang seenaknya memeluknya.
“Halo sayang” sapa suara itu lembut.
“Ap..” kata katanya terputus saat bibirnya dilumat pria itu. Tubuhnya langsung kaku. Karena terlalu terkejut, dia tidak langsung mendorong siapapun pria itu. Namun akal sehatnya kembali dengan cepat, dia berusaha mendorong pria itu. Namun tenaga pria itu cukup besar, pria itu memeluk tubuhnya semakin erat.
“DARRENN!!!”
Teriakan itu membuat pria itu melepas ciumannya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya itu. Eloisa merasa tubuh pria itu menegang dan pelukannya melemah. Eloisa langsung membalik tubuhnya, berniat mendorong pria itu. Namun pria itu kembali memeluknya erat. Sekarang malah dia benar benar berada dalam dekapan pria itu, wajahnya tenggelam di d**a pria itu. Dia tidak bisa bergerak. Dia mencium aroma maskulin parfum pria itu, perpaduan antara musk dan cyprus.
“Teganya kamu melakukan ini padaku!!!” suara wanita itu terdengar bergetar.
O.. ow sepertinya itu pacar pria ini.
“Bukankah kamu tahu peraturannya Clara?” kata pria itu tenang.
“Tapi kamu janjian denganku hari ini” wanita itu mulai terisak.
“Tanpa drama dan air mata, Clara. Kita putus” jawab pria itu. Tubuh Eloisa menegang. Bukankah pria itu yang salah? Berpelukan dan berciuman dengan wanita lain di depan pacarnya? Kenapa wanita itu yang diputuskan?
“Tidak. Tidak Darren. Kumohon maafkan aku, tidak akan aku ulangi lagi. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan bertingkah seperti ini lagi. Aku akan mengalah, tidak apa apa kalau kamu mau bersama dia sekarang” wanita itu mengiba.
“Tidak Clara. Hanya ada satu kesempatan dan kamu tahu itu. Pergilah” usir pria itu.
“Darren… kumohon..”
“Pergilah. Kita sudah selesai” tegas pria itu.
Terdengar suara langkah kaki menjauh dan pintu dibanting. Lalu pelukan pria itu melemah. Eloisa langsung mendorong pria itu sekuat tenaga. Akhirnya pelukan itu terurai.
Eloisa mundur beberapa langkah lalu melotot pada pria itu. Namun pandangannya buram, dia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Dia lupa belum menggunakan kacamatanya. Eloisa lalu mengambil dan memakai kacamatanya agar bisa melihat dengan jelas pria b******n di depannya ini.
“Bu.. Eloisa..” suara kaget pria itu lebih dulu memanggil namanya membuat Eloisa mengangkat wajahnya setelah memakai kacamatanya dan melihat sang casanova kampus, Darren Noah Hartadi.
Demi apapun yang ada di dunia ini. Dari semua setan-m***m yang pernah dia kenal, kenapa harus rajanya yang sekarang berdiri di depannya?
****