bc

Hasrat Tanpa Batas

book_age18+
detail_authorizedAUTHORIZED
14.0K
FOLLOW
46.6K
READ
drama
kicking
city
affair
seductive
like
intro-logo
Blurb

"""Kakak, kamu terlihat lebih cantik saat hamil.""

""Bu, rok Anda basah ... ""

Hatiku pedih menunggu rasa nyaman yang seharusnya diberikan suamiku. Namun, dokter c***l, rekan kerja yang ramah, dan pria tampan satu per satu hadir di dalam hidupku.

Gelora hasrat tak henti-hentinya membakar hatiku.

Alasannya adalah aku sudah berada di luar kontrol.

""Suamiku, aku sangat ingin bercinta ... """

chap-preview
Free preview
Bab 1 Penolakan yang Dingin
“Sayang, sudah dua bulan ini kamu tidak menyentuhku.” Aku mencondongkan tubuhku ke arah suamiku dengan wajah malu-malu. Aku mengulurkan tanganku untuk meraih kehangatannya yang menggelora.   Suamiku menoleh, menatap perutku yang membuncit dan menghela nafas panjang, lalu berkata, “Anak kita akan lahir beberapa bulan lagi. Kalau kamu begini, tidak baik bagi anak kita.”   “Di buku tertulis tidak apa-apa. Tidak, tidak! Pokoknya aku mau!” Aku mendengkus. Kugosokkan jariku di atas benda lembut itu, dan aku bisa merasakan reaksi suamiku.   Suamiku melototiku dan mendorong tanganku menjauh darinya. Dia tidak mengizinkanku menyentuh ‘adik’nya lagi.   “Sayang, aku benar-benar mau.” Didorong oleh gairah yang menggelora, aku tak peduli apakah suamiku suka atau tidak, aku meraih tangannya dan menempelkannya ke tubuh bagian bawahku yang sensitif.   “Sayang, sentuhlah. Aku benar-benar ingin.” Aku merasakan tangan kekar suamiku mendekat. Aku tak bisa menahan helaan nafas kecil dari mulutku.   Aku tak tahu kenapa tubuhku sangat sensitif selama kehamilan ini. Asalkan disentuh sedikit saja, tubuhku akan terasa panas dan gatal. Aku sama sekali tak bisa mengendalikannya.   “Han Siyu, kenapa kamu begitu gegabah?” Suamiku bertanya dengan suara keras sebelum tangannya menyentuhku.   Aku terkejut. Melihat wajah suamiku yang tegas, hatiku merasa sedih. Makin hari perutku makin membesar, sedangkan suamiku semakin lama semakin aneh.   “Adikku, Mu Heng, akan tinggal di rumah kita untuk sementara waktu. Sekolahnya dekat dengan rumah kita. Jika kamu ada waktu, tolong bersihkan kamar tamu biar dia bisa tidur di situ,” Suamiku berkata tanpa ekspresi, lalu dia berbaring dan tidur.   “Ya,” Aku menghela nafas pelan. Aku ingin tidur memeluknya, tapi dia malah menggerakkan tubuhnya ke samping.   Aku tersenyum sedih, tapi aku tak bisa apa-apa. Aku tak punya pilihan lain selain menanggung rasa kesepian ini sendirian. Aku sebenarnya ingin memuaskan diriku sendiri. Namun, melihat suamiku yang ada di sampingku, aku takut dia akan memarahiku dan memanggilku wanita tak tahu diri.   Setelah terjaga untuk waktu yang agak lama, aku tertidur dalam keadaan linglung. Saat aku terbangun, hari sudah pagi.   Aku menyentuh tempat di sampingku tanpa sadar dan merasakan tanganku mengenai selimut yang kosong. Orang yang tadi terbaring di samping bantalku sudah menghilang. Aku mendadak bangun, dan ternyata suamiku sudah pergi. Entah sejak kapan dia meninggalkanku.   Aku tersenyum pahit. Saat melihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul delapan, aku terkejut. Aku akan terlambat bekerja. Buru-buru aku keluar dari kamar tidur dan mendapati bahwa sarapan telah disiapkan di meja makan. Ada selembar catatan yang ditinggalkan suamiku.   “Kulihat kamu tidur nyenyak, jadi aku tidak mau membangunkanmu. Aku sudah membantumu mengajukan cuti. Istirahatlah dengan baik di rumah hari ini!”   Aku mendadak merasakan kebahagiaan. Aku bisa mendengar suara deburan laut di hatiku. Namun, kebahagiaan ini tetap diikuti dengan kekosongan yang seakan tanpa batas. Aku mendadak teringat bahwa aku sudah beberapa hari terlambat memeriksa kehamilanku.   Dulu, suamiku menemaniku beberapa kali, tetapi hari ini dia ada rapat penting. Sekarang, pasti sudah terlambat jika aku meneleponnya untuk mengantarkanku lebih dulu. Setelah kupikir-pikir, akhirnya aku memutuskan untuk naik taksi.   Hari ini hari kerja, jadi tidak banyak orang yang datang ke rumah sakit bersalin. Dokter yang bertugas hari ini adalah seorang pria paruh baya. Temperamennya sangat baik, mirip dengan selebriti yang tampan di televisi, yang membuat orang tak tahan karena ingin sering-sering melihatnya.   “Tekanan darahnya normal. Berbaringlah di tempat tidur di sana, kita akan memeriksa detak jantung janin,” kata sang dokter sambil menundukkan kepalanya untuk menulis.   Suara dokter itu terdengar sangat membius dan lembut. Aku memandang ke arahnya dengan rasa linglung, sampai dia mengangkat kepalanya dan menatapku.   “Nyonya Han, apa ada masalah?”   Panggilannya membuatku tersadar. Saat menyadari betapa linglungnya aku, wajah kecilku memanas. “Tidak apa-apa.” Lalu aku langsung melepaskan sepatuku dan berbaring di ranjang pemeriksaan.   “Hak-nya agak tinggi. Sebaiknya Anda memakai sepatu datar di masa mendatang,” Dokter mengingatkanku dengan nada intim, lalu mengedipkan matanya dengan ramah kepadaku.   Aku merasa seperti tersengat listrik!   Pria ini seakan punya daya tarik spesial. Wajahnya begitu dewasa dan lembut. Janggut lebatnya memancarkan godaan. Gerakan tubuhnya terlihat seksi dan dewasa, terutama beberapa tindakan kecil yang istimewa dan sorot mata yang menyembunyikan cerita, itu membuatnya terlihat lebih menarik daripada pria lainnya.   “Terima kasih, saya paham.”   Aku meliriknya diam-diam. Tubuhku terasa panas, bahkan aku merasa kesulitan bernapas.    Saat kudapati pintu masih tertutup dan melihat tubuh atletis sang dokter pelan-pelan mendekatiku, mau tak mau jantungku berdegup kencang. Tatapan mata sang dokter mendadak tertuju kepadaku. Aku segera menarik tatapan mataku dengan ketakutan dan tidak berani menatapnya.   Pemikiranku sangat tradisional. Setelah menikah, aku tak terlalu banyak berhubungan dengan lawan jenis. Namun, entah mengapa perasaanku hari ini sangat aneh.   Saat benda itu diletakkan di atas tubuhku, tangan sang dokter bersentuhan dengan tubuhku. Aku merasakan sekujur tubuhku memanas. Seketika aku mengapit kakiku dan tidak berani mengarahkan pandanganku ke arahnya. Aku pun dengan cepat menutup mata.   Dia menatapku seperti itu, pasti dia menemukan ada yang aneh denganku. Kenapa aku bisa begini? Padahal dia hanya menyentuhku saja, kenapa aku merasakannya?   “Apa akhir-akhir ini Anda merasa tidak enak badan?” Dengan hati-hati, dokter memeriksa hasil pemeriksaannya. Kepalanya tertunduk seperti orang dalam lukisan. Jembatan hidungnya tinggi, dagunya membentuk busur yang sempurna.   Dia membalikkan badan dan menatap mataku. Matanya berbinar-binar, “Misalnya, d**a bengkak?”   Mau tak mau aku tertegun sejenak. Saat teringat dadaku selama periode ini, aku hanya bisa tersipu dan mengangguk, “Ya, agak… agak bengkak.”   “Oh … “ Sang dokter mengangguk.   Tiba-tiba, tanpa peringatan apa pun, sepasang tangan yang besar mendarat di puncak kembarku. Perasaan seperti tersengat listrik menyebar ke seluruh tubuhku, seolah-olah semua rambut di tubuhku berdiri, diikuti oleh rasa nikmat yang menyenangkan.   Merasakan remasan lembut di kedua gunung kembarku, gairah seks yang terpendam di dalam hatiku meledak keluar, dan aku hanya bisa mendesah.   Tidak boleh! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi!   Aku ingin mendorongnya. Namun, saat melihat wajah si dokter yang begitu serius dan kaku, mau tidak mau aku mulai berpikir, apa aku saja yang pikirannya terlalu jauh?   Namun, sekujur tubuhku sudah bereaksi, seolah terasa seperti gunung yang hendak meletus. Aku merasa sangat tidak nyaman.   “Apa terasa sakit jika saya melakukan ini?” Dokter mengangkat sudut mulutnya dan menekan benda yang dipegangnya. Jari-jarinya gemetar. Dia menatapku tanpa mengedipkan mata.   Entah disengaja atau tidak, dia mencondongkan tubuhnya ke depan. Benda yang terangkat di bawah selangkangannya kini berada tepat di paha luarku.   Jari-jarinya tenggelam dalam daging kenyal dadaku, rasanya begitu sensual. Gelombang gairah dan sensasi yang terasa menyenangkan dan tak tertahankan menghantamku. Di bawah rangsangan gandanya, aku mengerang lembut.   “Agak sakit … “ Tubuhku gemetar.   Benar, aku merasa sakit sekaligus senang. Saat dia memeriksaku, aku merasa seperti ada aliran listrik yang mengalir di tempat yang disentuh jari-jarinya. Rasa bengkak itu hampir saja keluar. Aku berusaha menahannya hingga perasaan itu berangsur-angsur mereda.   Aku memejamkan mata. Wajahku memerah. Aku merasakan perasaan yang sudah lama hilang.   Detik berikutnya, dia membuka kancing pakaianku satu per satu. Perasaan sesak mendadak menghilang dan menguap.   “Apa yang dokter lakukan?” Aku mendadak membuka mataku dan menatapnya terkejut.   “Saya ingin memeriksa apakah ada penyumbatan. Lain kali jangan memakai pakaian dalam yang terlalu ketat,” Suara dokter yang tenang itu terdengar. Dia mengambil alat penguji penetrasi p******a.   Ternyata hanya pemeriksaan. Namun aku mengira dia ingin meniduriku dengan sewenang-wenang. Bagaimana mungkin pikiran memalukan seperti itu muncul?   Aku langsung tersadar dan membiarkan instrumen di tangannya menjelajahi dua gunung millikku yang tegak lurus.   Permukaan alat yang dingin dan telapak tangan dokter yang hangat berpadu. Binatang buas yang tersembunyi dalam tubuhku terbangun. Tatapan mataku tak bisa lepas dari bibir, jakun, dan telapak tangan sang dokter.   Rokku berantakan. Ditambah dengan putaran tubuhku, setengah bagian rokku terbuka. Samar-samar sang dokter meliriknya.   Meskipun aku sedang berbadan dua, tapi aku sangat percaya diri dengan bentuk tubuhku. Sepanjang tahun, aku selalu melakukan yoga dan mengencangkan kulit, terutama bagian kaki.   Saat itu, suamiku sangat terpesona dengan bentuk kakiku ini, sehingga dia mau tak mau selalu menyentuhnya. Entah berapa kali dia jatuh tertidur sembari menyentuhnya. Aku tak diizinkan mengenakan rok yang lebih pendek dari batas lutut.   Saat itu, rasa sakit mendadak mendatangiku. Ah … aku tak bisa menahan diriku untuk berteriak.   Sebelum aku bisa berhenti berteriak, sang dokter tertawa terkekeh dan berkata, “Anda sudah mulai berlaktasi. Berikutnya, jangan memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.”   Apa? Aku benar-benar punya ASI!   Aku tertegun sejenak. Kutundukkan kepala untuk melihat ke bawah, pada puncak gunung yang tegak lurus itu dengan takjub. Mata air yang jernih perlahan mengalir turun di sepanjang puncaknya.   Air susuku keluar di hadapan seorang pria asing. Rasanya begitu malu, aku langsung menutup pakaianku dan melirik pria di hadapanku. Tubuhku merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan. Melihat sang dokter masih menatapku, wajahku seketika berubah memanas.   Aku masih punya suami yang mencintaiku, bagaimana aku bisa melakukan ini terhadapnya?   Aku merasa malu sekaligus kesal. Pembengkakan di dadaku mendadak menjadi sangat hebat rasanya, hingga saraf-saraf di sekujur tubuhku seperti tersentak dan dadaku memanas.   Ah … aku menghela nafas cepat tak tertahankan. Air susuku mengalir deras di luar kendaliku dan memercik langsung ke arah sang dokter, menodai jas putihnya …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
177.2K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.5K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.8K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
146.0K
bc

Breaking the Headline

read
23.2K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
29.0K
bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
11.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook