bc

The dark side of me

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
HE
arrogant
gangster
heir/heiress
sweet
bxg
mystery
loser
campus
highschool
childhood crush
multiple personality
like
intro-logo
Blurb

Dia memang ibuku, dia yang sudah melahirkan ku tapi aku tidak mau selalu ada di genggamannya. Restu bukan halangan bagiku, kamu adalah pilihanku. Tidak ada yang bisa membuatmu jauh dariku termasuk ibuku sendiri.

- Yuda

Dia ibumu, dia keramat yang ada di dunia ini. Aku rela menyakiti mu hingga kamu benci padaku ketimbang kamu menyakiti hati ibu mu. Jangan mencariku, karena aku tidak akan mau jika restu ibumu tidak bisa aku dapatkan.

- Windi Belvia

chap-preview
Free preview
Bab 1
Bab 1 "Maafin gue, maaf" Yuda menatapnya tajam, sangat tajam hingga bisa membuat orang yang ditatap mati kutu di depannya. "Maaf? Lo pikir kata maaf bisa ngerubah semuanya jadi lebih baik lagi? MAAF LO NGGAK BERGUNA!" Yuda melepaskan cengkeramannya kasar, ketiga pria itu menunduk tidak berdaya. Mereka pikir bermasalah dengan Yuda tidak akan semenyeramkan ini tapi mereka salah. Bermasalah dengan Yuda adalah mala petaka yang tidak diduga-duga. Mereka berhasil menyinggung Yuda karena menyebarkan rumor tidak baik mengenai ibunya, ketiga pria ini yang membuat citra ibu Yuda buruk di kalangan orangtua teman-temannya. "Gue yang buruk di sini, jangan libatkan ibu gue yang ga tau apapun." "Iya Yud--" Yuda menatap ketiganya tajam, dia tidak bisa melepaskan ketiga pria ini begitu saja. "Gue udah laporin kalian, tunggu aja apa yang akan kalian terima." "Yud!" Yuda semakin menatap tajam ketiganya, "kalian buat masalah besar, gue ga akan lepasin kalian gitu aja. Jangan memohon ampun setelah apa yang kalian lakukan itu!" Sentak Yuda tidak bisa mentolerir lagi. "Gue ga akan ngotorin tangan gue buat ngehajar kalian, biar aparat aja yang proses kalian. Selamat mendekam di penjara." "Yud gue mohon!" Seru mereka bertiga memohon ampun. Yuda berbalik pergi meninggalkan ketiganya, membiarkan ketiganya merasa tertekan. Yuda mengendarai motornya pelan, menarik nafasnya panjang. Dia akan melindungi ibunya, dia tidak terima perlakuan semua orang yang menyudutkan ibunya yang tidak tau apapun tentang dirinya. Yuda menepi setelah memasuki hutan pinus, tempat favoritnya menenangkan diri. Selama sepuluh menit dia diam duduk di atas motornya tidak melakukan apapun tiba-tiba dia mendengar pertengkaran di depannya. "Dengerin aku dulu!" Seru si pria. "Mau jelasin apa lagi Tora? Semuanya udah jelas! Gue udah lihat sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Layla benar, lo cowok b******n yang suka mempermainkan cewek. Ngaca dong Tora! Lo itu ga terlalu tampan!" "b******k! Lo cewek murahan ga usah sok keras!" Windi terkejut mendengarnya, sudah beberapa pria yang menjalin hubungan dengannya selalu mengatakan hal seperti ini. Meskipun sudah biasa, Windi merasa aneh. "Selama ini gue berpura-pura mencintai lo, gue kira lo bakalan mau gue permainkan apa lagi tubuh lo menggoda." Plak "b******n, tutup mulut lo!!" Teriak Windi. "Gue ga akan terima gue dilecehkan begini, mata gue buta bisa nerima lo cowok sialan!" Windi menendang aset kebanggan Tora kuat, "makan tuh aset lo yang selalu lo banggain!" Windi kembali berjalan, matanya melirik Yuda yang menunduk. Windi tidak bisa melihat siapa pria yang ada di atas motor besar itu. Windi melirik motor Yuda dan dia mengenalinya. "Cowok semuanya emang b******k, sialan." Umpat Windi sembari berjalan melewati Yuda begitu saja. *** Yuda menaikan standar motornya setelah siap dengan semua perlengkapannya, “Yuda!” Yuda menengok, menunggu ibunya yang berlari menghampirinya, “jangan lari bu,” ujarnya lembut tersenyum tipis. "Langsung pulang ya" pinta Alexa Yuda mengangguk mengiyakan, "ada apa?" "Gapapa nak, ga ada apapun" jawab Alexa tersenyum. Yuda menatap mata ibunya dalam, tidak mungkin tidak ada masalah. Ibunya tidak bisa membohongi Yuda bagaimanapun caranya, Yuda sangat mengerti dengan keadaan keluarganya yang tidak baik-baik saja saat ini. "Ibu nggak bisa bohongi aku, ada apa? Ayah mukul ibu?" Ibu menggeleng membantah tuduhan putranya, "pulang cepet aja, ibu mau bilang sesuatu" Yuda langsung menganggukinya, "bilang Yuda kalau ayah kasar sama ibu, biar Yuda yang ngurus" Ibu memberikan senyuman hangat, "ya udah, hati-hati di jalan" Yuda kembali memakai helmetnya dan pergi meninggalkan ibunya di pekarangan rumahnya. Diperjalanan Yuda masih memikirkan apa yang akan ibunya sampaikan, tidak biasanya ia memintanya pulang lebih cepat. Lamunannya buyar ketika melihat gadis kemarin malam yang sedang jalan di trotoar, satu hal yang baru dia ketahui bahwa gadis itu satu sekolah dengannya dilihat dari seragam sekolahnya yang sama. Gadis itu kini terlihat baik-baik saja, laju motornya semakin pelan disaat bersampingan dengan Windi yang jalan. Merasa ada orang di sebelahnya, Windi menengok ke arah Yuda dan seketika itu juga Yuda terkesiap kembali menghadap depan. Jantungnya tiba-tiba berdegub kencang, hanya melewati matanya dan itu adalah hal baru yang dialami dirinya selama ia hidup. Tin Yuda menengok, Arhan, sahabatnya menyapa Yuda dan diberi anggukannya. Semua mata kini menatap kedatangan duo singa ini, singa yang menjaga kedamaian dan menantang siapapun yang sudah main-main. Tidak ada yang berani berhadapan dengan Yuda dan Arhan, kecuali mereka yang cari mati. Yuda lebih kejam daripada Arhan yang masih bisa menunjukan belas kasihnya. Bisikan histeris itu selalu melantun ketika Yuda dan Arhan melepas helmet nya, keduanya tidak tebar pesona tapi memang pesonanya saja yang selalu bertebaran. "Windi!" Mata Yuda kembali terpusat ke Windi setelah ada yang memanggilnya, “Windi?” Gumam Yuda pelan baru tau nama gadisnya. Gadisnya? Ah, ini akan seru jika Yuda sudah mengklaimnya. Yuda melirik Arhan mengodenya agar jalan, dia melambatkan jalannya di belakang kedua gadis ini yang sibuk ngobrol ataupun menggoda satu sama lain. "Diam. Gue lagi bete." Ketus Windi mendengar ejekan teman di sebelahnya. “Gue kan udah bilang ke lo, jangan terlalu percaya sama cowok manapun. Dari segi manapun kalau dia berteman sama Azzam, mereka ga akan benar Win.” Ujar Layla. Windi menghela nafasnya, “lo terlalu mudah terima cowok kalau mereka bersikap baik sama lo Win, itu yang gue sayangkan dari lo.” Ujar Layla lagi. “Mau gimana lagi, gue emang mudah jatuh cinta, tapi kayaknya sekarang udah ga lagi deh La. Gue ga pernah dapat cowok yang bener, gila kan?!” Layla terkekeh begitu juga Yuda menarik sudut bibirnya mendengar ocehan gadis ini, mendengar ucapan Layla sudah dipastikan jika Windi tidak selalu diperlakukan baik oleh mantan-mantan nya. Mendengar fakta itu, tangan Yuda mengerat tidak terima. Bagaimana mungkin? Yuda mencekal tangan Windi tiba-tiba membuat Windi terkejut sesaat, “eh? Kenapa Yud?” Yuda diam, matanya terus menatap Windi begitu dalam, tidak ada ekspresi yang muncul semakin membuat Windi bingung. Kenapa dengan salah satu singa ini? Arhan di samping Yuda juga terlihat diam tersenyum misterius melihat tingkah Yuda, tidak seperti biasanya. Windi dan Layla masih cengo di tempat, Yuda tidak mengatakan apapun sejak tadi. “Sepatu lo.” Ucap Yuda akhirnya membuka suara. “Ha?” Windi menunduk melihat sepatunya dan memang tali sepatunya terlepas. “Oh..” gumam Windi melepaskan tangannya dari cekalan Yuda, hampir berjongkok jika Yuda tidak mendahuluinya. Windi kembali diam, Yuda yang mengikat tali sepatunya membuat semua mata menatap Windi tajam. Windi masih kicep sampai Yuda selesai dengan aktifitasnya, “awasi sepatu lo, itu bisa buat lo jatuh.” Ujar Yuda datar. Windi mengangguk terbata, Yuda pergi setelah puas mendapatkan anggukan Windi diikuti Arhan di belakangnya. Arhan merangkul Yuda dan menatapnya mengejek, “jatuh cinta heh?” Yuda melirik Arhan dan bibirnya tersenyum miring, “diam.” Ketus Yuda mendapat kekehan Arhan. Layla menggandeng tangan Windi sembari melihat kedua singa itu menjauh, “lo ada hubungan sama Yuda, Win?” Windi menggeleng, “ga mungkin lah La, ngaco lo.” “Terus tadi ngapain?” “Aneh kan? Gue juga heran.” Balas Windi. *** Kretek Yuda meremas kaleng itu hingga hancur, Arhan menghentikan suapan makanannya dan ikut melihat ke arah mata Yuda tertuju. Yuda tidak suka miliknya di dekati pria manapun apa lagi Azzam yang punya reputasi buruk, Azzam terkenal dengan sikap yang selalu merendahkan kaum perempuan. Arhan mencekal tangan Yuda, “jangan gegabah, mereka punya kawasan sendiri Yud.” Ucap Arhan menahan Yuda. "Lo tau Azzam punya reputasi buruk, Arhan." kecamnya. “Gue tau, jaga emosi lo di sini. Azzam dan golongannya itu bisa melawan kita.” Yuda menatap Arhan tajam, “gue ga peduli. Dia milik gue, gue ga mau dia rusak karena cowok b******k itu.” Arhan berdecak, “Azzam teman kecil Windi, Yud. Lo harus buat Windi menjauh dengan sendirinya, jangan sampai Windi berpikiran kalau lo perusak pertemanan.” Jelas Arhan. “Windi termasuk siswa famous di Unggulan, gue tau semua sikap dia karena gue yang selalu merhatiin siswa-siswi famous Unggulan. Gue ga mau lengah karena mereka bisa jadi target pelecehan di luar sana.” Jelas Arhan lagi melihat tatapan Yuda seolah mencurigainya. “Windi ga bisa diatur gitu aja, dia termasuk cewek yang keras kepala. Dia ga mau dilarang siapapun kecuali Layla, teman nya tadi yang pakai kacamata.” Yuda terdiam, kembali memperhatikan Windi tanpa melakukan apapun. “Azzam nyimpan dendam ke lo karena lo pernah buat dia di skors.” Ucap Arhan lagi. Yuda malah tersenyum sinis, “bahkan gue bisa buat dia di depak dari Unggulan.” *** “Ck, kemana lagi ini sepatu.” Gerutu Windi setelah mengambil beberapa buku paket dari perpustakaan. Windi menengok ketika mendengar siulan dari depan, Azzam mengangkat kedua alisnya lalu menunjuk ke arah genteng dimana sepatunya berada. “Gila ya lo?! Itu sepatu gue Azzam!!” Teriak Windi kesal mendekati Azzam dan memukul Azzam membabi buta. Azzam mendorong Windi kuat hingga Windi tersungkur, “apaan sih lo?! Sakit tau!” Seru Azzam. Windi meringis, “sialan.” Umpat Windi lalu dengan tidak berperasaan menendang aset Azzam kuat, seperti nya ini jurus yang dikuasai Windi saat ada cowok b******k. Bugh Windi memukulkan buku paketnya ke kepala Azzam keras, “Windi!” Seru Azzam. “Mampus lo.” Umpat Windi berjalan menjauhi Azzam. Windi menghela nafasnya melihat ke arah genteng, “gimana ngambilnya coba?” Gumamnya. Windi kembali menghela nafasnya melirik sinis Azzam yang masih kesakitan di tempatnya, “cowok sialan.” Umpat nya lagi. Windi naik ke lantai dua dan dia nekat menaiki pembatas untuk mengambil sepatunya, “Windi!! Lo gila ya?!” Seru Azzam panik. “Lo ambil itu atau gue yang ambil?” “Iya gue ambil! Turun lo!” Teriak Azzam lagi dari bawah menyuruh Windi turun. “Windi!!” Seru Layla terkejut melihat Windi yang bersiap turun dari pembatas. Dengan panik Layla memeluk kaki Windi, “gila lo?!” Seru Layla lagi. “Eh eh! La jangan goyang-goyang pea nanti gue jatuh!” Layla semakin memeluk kaki Windi, “jangan macem-macem Windi! Lo masih punya waktu buat hidup!” Windi terkekeh, “ini gue mau turun Layla, lo peluk kaki gue gimana gue bisa turun?” Layla mendongak menatap Windi, “astaga, gue kira lo mau bunuh diri.” Celetuk Layla membantu Windi turun. Windi masih tertawa lucu melihat Layla yang panik, “ngapain lo manjat-manjat pembatas kalau bukan mau bunuh diri.” Gerutu Layla kesal mendengar ejekan Windi. “Si sialan itu buang sepatu gue ke genteng, tuh lihat sendiri.” Ujar Windi menunjuk Azzam yang menyuruh kawanannya meraih sepatu Windi yang ada di genteng. Layla menatap Windi datar, “gue udah bilang ratusan kali Win, jangan berteman sama Azzam. Dia ga baik buat lo, lo lihat diri lo sekarang. p****t lo baik-baik aja kan? Kayaknya habis jatuh.” Tebak Layla. “Iya tadi didorong si sialan itu.” Jawab Windi menepuk belakang seragamnya. “Win–” “Iya La iya, gue bakal jauhin dia.” Layla menghela nafasnya lalu mengangguk, “gue temenin.” Ucap Layla menggandeng Windi yang hanya memakai satu sepatu. Azzam menatap tajam Windi yang berjalan mendekatinya, saat sudah dua meter dekat Azzam melempar sepatu Windi ke arah muka Windi. Hap Windi spontan memejamkan matanya, Yuda berhasil menangkapnya cepat, punggung tangannya menyentuh hidung mancung Windi yang kini terkejut. Layla di sampingnya membekap mulutnya dan melihat Yuda serta Windi bergantian. Azzam masih memperhatikan. Windi membuka sebelah matanya penasaran karena merasakan tidak ada yang mengenai wajahnya, "Yuda?" Panggilnya setelah mendongak melihat wajah datar Yuda. Yuda menatap Windi tajam, untuk kedua kalinya Yuda berjongkok memakaikan sepatu Windi tanpa banyak bicara. Windi masih melongo di tempat, Yuda menatap Windi sangat tajam setelah selesai memakaikan sepatunya. “Dengar gue.” Ucap Yuda serius. Windi mengernyit, “dia cowok b******k, jauhi dia.” Azzam mendekat mendengar ucapan Yuda, “lo ga bisa buat dia takluk dengan mudah Yuda, ga kayak cewek receh yang suka deketin lo dan rela lakuin apapun demi bisa dekat sama lo.” Sahut Azzam memberikan senyuman sinis. Yuda menatap Azzam dingin, Yuda sangat membenci Azzam karena dia selalu membuat rumor tidak baik tentang Unggulan dan siswa nya. Azzam menarik tangan Windi lalu merangkulnya dengan mudah, kembali memberikan Azzam senyuman remeh, “Lo tertarik sama dia ya?” Tebak Azzam. Windi mendongak menatap Azzam lalu menatap Yuda, “lo ga pernah ngurusin apa pun selama ini, ngaku lo! Lo tertarik sama Windi kan?” “Tertarik?” Yuda mendengus geli lalu merebut Windi dari rangkulan Azzam. Yuda menggenggam tangan Windi, mengangkat genggaman itu untuk ditunjukan ke Azzam, “dia milik gue.” Kini Yuda yang tersenyum remeh, Azzam menatap tajam Yuda. Azzam semakin benci Yuda, “lo ga akan bisa buat Windi nurut sama lo.” Ulang Azzam. “Nurut ataupun ga, dia tetap milik gue. Apa itu urusan lo?” “Windi punya gue!” Seru Azzam. Yuda menepis tangan Azzam.. Bugh Windi mendorong Yuda menjauh, menahan Azzam yang mau menyerang. “Bisa ga sih lo ga usah ikut campur urusan gue?!” Teriak Azzam muak. “Udah!” Seru Windi mendorong Azzam. “Ikut gue.” Pinta Azzam namun Windi menolak. “Gue ga punya waktu ngurusin kalian.” Ucap Windi meraih buku paket yang ditinggalkannya. “Gue bukan punya lo, gue ga sudi dimiliki sama lo.” Ucap Windi sarkas ke arah Azzam. Setelah mengatakan itu, Windi berbalik menjauh, saat dia berhadapan dengan Yuda dia tidak mengatakan apapun. Layla sejak tadi diam, sebenarnya dia tidak nyaman karena Arhan sejak tadi selalu menatapnya. Bahkan saat Yuda memukul Azzam perhatian Arhan tidak lepas juga dari Layla. Layla tidak mau merasa kepedean jadi mengabaikannya namun sekarang dia tidak bisa mengabaikannya lagi, Layla membalas tatapan Arhan hingga beberapa menit, Arhan mengalihkan pandangannya dengan sendirinya. “Ayo La,” ajak Windi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
473.7K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
519.7K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
612.8K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
472.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook