bc

Bukan Salesman Biasa

book_age18+
850
FOLLOW
2.1K
READ
second chance
boss
drama
straight
ambitious
realistic earth
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

Siapa yang tahu seorang Kiral. Dulunya ia hanyalah seorang salesman dengan segala kepedihan hidup. Ia hidup bersama istri yang sangat dicintainya. Nafia, seorang gadis yang memilih mengakhiri masa lajangnya diusia 21 tahun. Keduanya hidup di sebuah rumah yang disediakan tempat Kiral bekerja. Meski kehidupan keduanya sangat sederhana, dan bisa dikatakan kekurangan. Namun, hubungan Kiral dan keluarga kecilnya sangat harmonis.

Sebelum akhirnya, peristiwa itu menimpa keduanya. Mereka terjebak pinjaman online aplikasi. Dan membuat mereka harus merasakan diasingkan, dan dikucilkan masyarakat.

Saat itu juga, Kiral bertemu Perin wanita karir yang sukses mengembangkan bisnis onlinenya. Perin menyukai Kiral dan tidak disangka terjadilah hubungan terlarang antara keduanya.

Lantas bagaimanakah nasib rumah tangga Kiral dan Nafia?

Ikuti kisah mereka hingga tamat! Hanya di aplikasi Innovel, Dreame, dll.

Cover credited : https://www.canva.com/design/DAFAzA8Wz10/rEfa3SOhT52h-SCJ5yvewg/view?utm_content=DAFAzA8Wz10&utm_campaign=share_your_design&utm_medium=link&utm_source=shareyourdesignpanel

chap-preview
Free preview
Permohonan Maaf Kiral.
“Sayang, Fia, ayolah, bicara sama aku,” bujuk Kiral memohon. “Fia, aku minta maaf. Aku tahu aku khilaf dan terlalu bodoh karena membiarkan kamu yang sudah sangat sempurna.” “Nafia, aku mohon, maafkan aku, Fia.” Kiral bersimpuh di sisi ranjang kayu yang sudah terlihat tidak begitu bagus lagi. Tangannya mencoba meraih jemari sang istri yang tergeletak begitu saja. Kiral terus meneteskan air mata tanpa henti. Ia beberapa waktu yang lalu tampak begitu gagah. Saat berjalan bersama wanita idaman lainnya. Kini benar-benar tidak berdaya. Ia seakan kehilangan separuh dunianya ketika sang istri membalasnya dengan diam. Yah, diam, benar-benar tidak ingin berkata barang satu patah kata pun. Ia juga tidak makan, dan hanya terbaring di kamar dengan air mata dan juga isak tangis yang memilukan. Bukan tanpa alasan, sang istri berlaku demikian. Semuanya dimulai pada beberapa hari yang lalu. Di mana, cerita yang selama ini berhasil disimpan rapi oleh Kiral. Malah terkuak semuanya. Dan hal itulah yang membuatnya kini hampir tak bisa bergerak lagi. “Kenapa? Kenapa, Abang tega melakukan hal itu pada Fia, Bang? Apa salah Fia sehingga ....” kalimat Nafia terhenti seketika. Ia kembali menahan kata-katanya agar air mata yang keluar tidak semakin membuncah. “Abang sadar, apa yang sudah Abang lakukan pada Fia dan Dedek itu terlalu sadis. Tapi, Abang benar-benar khilaf. Abang minta maaf,” sahut Kiral dengan tangisnya. “Fia selama ini percaya 1000 % pada Abang dan semua ucapan, Abang. Fia enggak pernah terpikir kondisi sesakit ini akan Fia alami di 3 tahun pernikahan kita.” “Abang minta maaf sama Fia, ya. Abang janji ini semua tidak akan terulang lagi.” “Apa? Janji, apa Fia tidak salah dengar? Memangnya definisi sebuah janji menurut Abang seperti apa?” tanya Nafia dengan nada bergetar, “bukankah janji itu harus ditepati? Lantas, apakah Abang ingat telah berapa buah janji yang tidak pernah Abang tepati. Nafia lelah, Bang Ki, benar-benar, lelah.” Kiral hanya tertunduk malu. Apa yang dikatakan sang istri memang benar. Ia memang sudah sangat sering berjanji. Namun tidak ditepati dan tentu saja akan membuat Nafia semakin kesal padanya. Ditambah kesalahan yang ia lakukan kali ini sungguh luar biasa. Sebagai seorang pria tentu saja, Kiral tidak boleh lari dari seberat apa pun masalah yang akan dihadapi. Kiral harus bertanggung jawab dengan semua perbuatannya. Ia harus memperbaiki semuanya sebelum terlambat. Dan ia akan benar-benar kehilangan sosok orang yang ia cintai. Kiral terlihat terus berpikir keras. Agar sang istri mau memaafkan kesalahannya. Sudah banyak cara yang ia lakukan untuk memperbaiki suasana yang terasa kian menyesatkan antar keduanya. Kiral bahkan mendapatkan penolakan juga dari putri kecilnya. Biasanya ia akan mendapatkan dekapan hangat dari sang anak. Namun kini, ia harus merasakan betapa sakitnya diacuhkan. “Fia, mungkin kamu tidak akan pernah percaya dengan apa yang akan Abang janjikan padamu setelah kejadian ini. Tapi, yang harus Nafia tahu sejak awal kita ketemu. Abang sudah jatuh cinta dan berniat akan menjadikan Fia, wanita terakhir dalam hidup Abang,” ujar Kiral dengan nada yang lembut dan mengalun dengan sangat indah. “Fia selalu percaya dengan apa yang, Bang Ki ucapkan selama ini. Hingga pada akhirnya, Abang sendiri yang telah menghancurkan semuanya,” sahut Nafia dengan suara getirnya. “Abang tahu ini sudah terlalu lama. Dan Fia harus berjuang meyakinkan diri sendiri. Untuk dapat percaya pada Abang dan semua kekurangan yang Abang punya?” “Lama, sangat lama, Bang.” Kiral meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua pipi Nafia. Ia tampak berusaha keras menahan isak tangisnya agar tidak membuat sang putri terbangun. “Fi, tolong, tolong berikan Abang kesempatan kedua untuk memperbaiki segalanya,” pinta Kiral dengan nada memelas. “Jujur, rasanya tidak akan sanggup lagi untuk percaya pada Bang Ki, tapi ....” kalimat Nafia kembali terhenti. “Tapi apa Fi? Tapi apa? Abang akan melakukan apa pun asalkan, Fia, mau memberikan Abang kesempatan kedua.” “Fia bisa saja marah sama Abang. Tapi, Fia tidak bisa berbohong, kalau Fi sangat mencintai, Bang Ki.” Mendengar perkataan sang istri, sontak kedua manik mata Kiral terbelalak. Ia bangkit dan langsung berlari menjauh dari istri dan buah hatinya. Kiral keluar rumah, lalu ia meluapkan kegembiraannya dengan melompat dan tertawa. Kiral tampak seperti seorang bocah yang baru saja mendapatkan mainan baru. Ia sangat bersemangat, dan merasa seakan kembali menemukan semangat untuk melanjutkan hidupnya. Di saat ia tengah merayakan membaiknya hubungan keduanya. Telepon genggam disakunya berdering. “Ah, siapa ‘sih yang menelepon malam-malam begini, mengganggu saja!” hardik Kiral dengan dahi berkerut. Perin memanggil .... Seketika raut wajah Kiral berubah. Ia tampak gugup saat melihat tulisan yang tertera di layar. “Ha-halo,” sapa Kiral dengan nada bergetar. “Abang, ke mana saja? Pe cariin dari semalam ‘kok enggak ada kabar?” tanya suara wanita yang terdengar lembut dari seberang sambungan telepon. “Em, sebenarnya aku juga ada yang perlu dibicarakan denganmu.” “Apa itu? Apa, Abang akan menceraikan Nafia secepatnya?” Perin terdengar sangat antusias dengan apa yang ia ungkapkan. “Perin, jaga bicaramu!” “Kenapa? Abang pikir mau sampai kapan aku menunggu!” Mendengar balasan Perin yang begitu, Kiral langsung mengakhiri panggilan tersebut tanpa basa-basi. Hal itu tentu saja membuat Perin merasa kesal. Di sisi lain, Perin membanting benda berbentuk pipih dengan layar yang masih menyala tersebut hingga membentur lantai. Sedangkan, gadis itu saat ini hanya bisa berteriak dan membanting semua barang yang ada di dekatnya. Perin terlihat sangat tertekan dengan kenyataan yang kini dihadapinya. Tidak ada yang salah dengan perasaan gadis itu, hanya saja ia salah telah memilih orang yang sudah berkeluarga. Sejenak, Kiral termenung dengan wajah tertunduk. Setelah beberapa saat ia langsung kembali pada kesadarannya. Dan langsung bergegas menemui istrinya yang ada di kamar menantinya kembali. Malam itu akhirnya, Kiral mendapatkan balasan dari segala perlakuan yang ia berikan pada sang istri. “Sayang, Fia, kamu sudah benar-benar tidur?” bisik Kiral di telinga istrinya. Namun sayangnya ia tidak mendapatkan jawaban. Wanita itu telah terlelap bersama sang putri dalam dekapan hangatnya. Ia kebingungan harus bagaimana. Malam itu ia memilih untuk mencoba memejamkan matanya saja. Keesokan paginya, Nafia masih saja bersikap acuh padanya. Hal itu membuat Kiral sedikit merasa aneh, karena semalam bukankah Nafia sudah memaafkan dia? Lantas apa lagi yang membuat istrinya itu kembali bersikap acuh padanya. “Selamat pagi, istriku,” sapa Kiral mencoba untuk membuka topik pembicaraan. “Apa menu kita pagi ini, sepertinya sangat enak.” Sayangnya, Nafia hanya melewati Kiral begitu saja setelah menyediakan nasi beserta lauk pauk dan juga air minum di atas meja. Kiral memandangi kepergian sang istri dengan mata berkaca-kaca. “Untuk apa kamu melakukan ini semua, kalau kamu masih marah padaku, Fia?” gumam Kiral dengan kedua tangan yang ia tangkupkan untuk menopang dahinya yang tertunduk. “Aku tidak tahan terus kamu acuhkan begini, Fia.” “Aku rindu ocehanmu setiap pagi karena aku selalu melupakan sesuatu, tapi, sekarang semuanya sudah kamu siapkan. Hanya saja aku tidak pernah melihat senyuman itu lagi, suara itu, Nafia aku sungguh menyesal telah menyakiti mu.” Setelah menyantap sarapannya, Kiral bergegas untuk pergi bekerja. Sekali lagi, Nafia sudah menyiapkan segala sesuatunya. Namun ia tetap bersikap dingin dan menunjukkan raut wajah kecewanya. Kiral pergi bekerja dengan penuh kegundahan. Di perjalanan ia kembali mendapatkan telepon dari Perin yang terus menuntut pembenaran ingin bertemu dengannya. Kiral mematikan telepon selulernya. Lalu kembali memacu kuda besi miliknya hingga tiba di sebuah gedung. “Kenapa muka lu?” tanya teman sejawatnya. “Ah, enggak paham lagi gua harus gimana,” sahut Kiral dengan garis muka kusut. “Ada problem sama rumah tangga lu? Atau elu masih main gila sama bos dari PT Trimitra?” “Itu dia, gua bingung gimana cara lepas dari dia. Ini aja gua mati in Hp gua, biar dia gak bisa hubungi gua.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

After That Night

read
7.2K
bc

BELENGGU

read
63.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
4.5K
bc

The CEO's Little Wife

read
622.7K
bc

Revenge

read
11.9K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.5K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook