bc

Kehidupan Kedua Istri yang Tertindas

book_age18+
26
FOLLOW
1K
READ
another world
cheating
like
intro-logo
Blurb

Namera, tiba-tiba terbangun dari koma, setelah hampir dua minggu tidak sadarkan diri. Namun, anehnya semua terasa asing dan membingungkan karena sama sekali tidak mengenal orang-orang yang berada disekitarnya. Apa lagi kedatangan seorang lelaki mengaku jika orang tersebut adalah suaminya. Semakin membuatnya tidak mengerti.

chap-preview
Free preview
Kehidupan Kedua Istri Yang Tertindas
"Aku ada di mana? Kenapa semua ruangan putih?" Seorang wanita baru saja terbangun. Lalu, matanya menyusuri ruangan dengan pikiran bingung karena melihat tubuhnya terbaring dengan keadaan sangat dramatis. “Rupanya kamu sudah sadar,” ujar seorang lelaki yang kini berada di sofa, duduk dengan angkuhnya. Tidak lupa tangan kanannya memegang sebuah kertas dan entah apa itu isinya. Namun, dari kelihatannya itu sangat penting. “Memangnya aku kenapa?” tanya balik seorang wanita yang kini masih terbaring lengkap dengan baju biru khas pasien rumah sakit. Dengan kening mengerut, Namera bertanya-tanya tentang ucapannya, apa ada yang salah? Sehingga lelaki tersebut begitu emosi ketika berbicara dengannya. “Jangan pura-pura b*doh!” bentak lelaki yang diketahui bernama Aril karena ketika melihat Namera bangun, wanita itu terlihat semakin aneh. “Memangnya apa yang salah ketika aku bertanya,” ujar wanita yang bernama Namera. “Harap sopan jika bicara denganku! Aku rasa aku butuh hiburan untuk menenangkan suasana hatiku karena melihat wajahmu sekarang.” Aril yang melihat Namera sudah bangun, sekarang pun tidak perlu khawatir, tapi harapannya pupus ketika wanita pilihan orang tuanya masih hidup. Namera pun dibuat bingung dengan ucapan lelaki angkuh yang berada di sofa, lalu tidak berapa lama kemudian. Laki-laki itu pun berdiri setelah ada dua perempuan datang. “Urus wanita ini, karena aku muak melihat tingkah bod*hnya.” Setelah itu, Aril benar-benar pergi dan sekarang hanya menyisakan dua perempuan yang baru saja sampai. “Nona, apa Nona membutuhkan sesuatu?” Seorang wanita paruh baya itu pun bertanya. Sedangkan Namera masih cukup bingung dengan yang terjadi saat ini. “Non ....” “Ah, iya. Ada apa?” ucap Namera setelah panggilan tersebut tidak dipedulikan hingga akhirnya ia pun sadar. “Apa ada yang sakit? Jika iya, bibi akan panggilkan dokter.” Wanita itu pun berujar dan terlihat begitu sangat khawatir. “Ti-dak, aku tidak apa-apa. Lalu, siapa lelaki sombong itu tadi?” tanya Namera yang mana harus memberanikan diri untuk bertanya. Dua orang yang ada di depan Namera dibuat bingung dan saling pandang, karena bisa-bisanya majikannya itu lupa siapa sosok lelaki tersebut. “Bu, sepertinya nona butuh diperiksa, biar aku panggilkan dokter sebentar.” Suara seorang wanita muda itu pun mengalihkan perhatian dari Namera, bukan karena apa, ini semua tentang perkataannya. “Apa yang salah, bukannya aku sudah benar jika bertanya siapa orang sombong itu.” Namera diam-diam berbicara walau hanya di dalam hatinya. Sedangkan orang yang dipanggil ‘Ibu’ tadi hanya mengangguk, sepertinya ikut khawatir dengan keadaan wanita yang kini masih tersambung dengan slang infus. Selepas kepergian perempuan dengan usia yang mungkin masih muda tersebut, kini hanya ada Namera dan paruh bayah itu saja. “Non, apa Non ingat siapa saya?” tanya bibi dengan wajah kekhawatirannya. Sedangkan untuk Namera sendiri kini sedang dirundung kebingungan karena ia tidak tahu siapa wanita tersebut. Sejenak, Namera menghela napas dalam-dalam. Memikirkan sebuah pertanyaan sebelum menjawab. Lalu, dalam hatinya ia tersenyum karena ide muncul begitu saja. “Sebelum aku menjawab. Bolehkah bertanya sesuatu jadi biar enak ketika kamu bertanya,” ucap Namera dengan yakin. Paruh baya itu pun menundukkan kepalanya, tanda bahwa ia setuju. "Memangnya apa yang ingin Nona ajukan?” “Bagaimana bisa aku sampai ada di sini?” tanya Namera dan pada akhirnya sebuah pertanyaan lolos dengan sempurna. “Apa Nona benar-benar tidak ingat?” tanya balik bibi dan Namera pun memberi gelengan tanda jika tidak ingat apa yang terjadi kepadanya. “Baiklah, mungkin bisa jadi karena benturan yang lumayan cukup keras. Sampai akhirnya Nona tidak dapat mengingat.” Jawab bibi. “Lantas apa yang terjadi sebelumnya sampai kepala dan lenganku berakhir seperti ini,” ujar Namera sembari melirik ke arah tangan kanannya yang diperban. “Nona terjatuh dari tangga, sewaktu di rumah tengah mengadakan pesta untuk madu Anda.” Uhuk. Uhuk. Seketika Namera tersedak ludahnya sendiri karena terkejut, ia tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Akan tetapi, semua seakan menjadi rumit dan sialnya Namera tidak dapat mengingat apa pun. “Nona, minum dulu.” Melihat majikannya tidak baik-baik saja, bibi pun dengan cepat mengambilkan segelas air. “Terima kasih.” Bibi pun tersenyum dan terlihat sekali perbedaannya ketika belum sakit dan sesudahnya. “Bi ....” Baru saja Namera ingin bertanya, tetapi semua itu harus ia tahan karena dokter baru saja masuk. “Permisi, bisa minta tolong untuk keluar sebentar, karena saya akan memeriksa keadaan pasien.” Dua orang itu pun keluar dengan sedikit cemas terpaksa harus menuruti permintaan dokter, karena melihat sang majikan yang tak ingat siapa dirinya, terutama suaminya sendiri. Di dalam ruangan. "Apa ada yang dikeluhkan?" tanya seorang dokter sembari memegang Stetoskop dan bersiap untuk memeriksa Namera. "Tidak ada, bahkan tangan dan kepalaku pun tidak sakit. Lantas kenapa harus dibuat sesulit ini," ujar Namera mencoba protes karena memang ia sama sekali tidak merasakan sakit. "Luka di kepala cukup parah, lengan kamu pun bahkan patah. Kenapa bisa berkata tidak sakit," sahut dokter dengan sedikit kesal karena merasa jika pertanyaannya dianggap sebuah lelucon oleh pasiennya. "Apa aku terlihat orang yang kesakitan. Lihat ini, lihat!" Namera sengaja menunjukkan bahwa keadaannya baik-baik saja. Sedangkan dokter yang memeriksa dibuat tercengang, karena matanya melihat sendiri betapa parahnya keadaan Namera beberapa waktu lalu. Kepala dipenuhi oleh darah, lalu lengan yang patah. Sedangkan sang pemilik tubuh berbicara seolah-olah dirinya adalah orang sakti. Sungguh tak habis pikir, itulah yang ada di isi kepala seorang dokter muda. "Stop, jangan lakukan hal b*doh!" bentak dokter karena itu sama saja dengan menyakiti tubuh sendiri, apa lagi dengan keadaan terluka. Namera, bukannya diam. Wanita itu justru tertawa karena melihat wajah dokter tampan tersebut tampak ketakutan. Bukan hal asing lagi bagi dokter mendapat pasien yang bernama Namera, karena wanita itu adalah pasien langganannya. "Ayolah Dok, ini benar-benar tidak sakit. Aku harap Dokter juga tidak menganggap g*la hanya karena bertingkah seperti ini," ujar Namera. "Bagaimana saya tidak menyebutmu g*la, lantas ini juga bisa dikatakan jika kamu mengalami gegar otak, jadi saya harus meminta dokter lain memeriksa keadaanmu." Jelas dokter dan saat ini yang harus dilakukannya adalah, CT Scan untuk melihat benturan yang ada di kepalanya menjadikannya seperti ini. Sedangkan Namera seakan tidak peduli dengan celoteh dokter, tetapi ia merasa jika dirinya dan orang dengan seragam kebesarannya terlihat cukup dekat. "Sudahlah, kenapa aku harus memikirkannya."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
461.6K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
494.6K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
599.9K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
462.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook