bc

Stay With Me

book_age18+
1.4K
FOLLOW
10.3K
READ
HE
blue collar
drama
bxg
soldier
city
like
intro-logo
Blurb

Kia Kirani jatuh cinta kepada Devan Andriano sejak mereka berusia sembilan belas tahun. Namun, sebuah kesalahpahaman dan juga egoisme salah satu keluarga pada akhirnya memisahkan mereka. Kia terpaksa harus meninggalkan Indonesia dan meneruskan pendidikannya di luar negeri atas permintaan pamannya. Devan yang telah kehilangan ibunya karena gagal ginjal juga sekaligus kehilangan ayahnya karena terpuruk atas meninggalnya sang istri, pada akhirnya meneruskan pendidikan dan menjadi prajurit pasukan khusus. Sepuluh tahun kemudian, Kia kembali ke Indonesia dan mempertemukan ia kembali dengan cinta pertamanya. Namun, sikap Devan tetap saja dingin karena kesalahpahaman di masa lalu. Belum lagi pertentangan dari keluarga besar Kia yang kembali hadir dan berusaha memisahkan mereka dengan segala cara. Antara cinta dan benci katanya setipis tisu? Berlakukah itu untuk Devan dan Kia sementara cinta yang berkobar sama besarnya dengan benci yang terlanjur tercipta.

chap-preview
Free preview
Dua Orang Penting Yang Harus Diselamatkan
"Kia!" Seruan itu terdengar dari ujung koridor rumah sakit saat Kia Kirani baru saja memasuki koridor. Langkah Kia juga tergesa, tapi melihat siapa yang baru saja memanggilnya, dia lekas berbalik. Senyum mengembang dari bibirnya yang indah. "Devan? kamu ada di sini?" "Ya, kenapa kamu di sini juga?" tanya Devan dengan mimik penasaran. "Nenekku masuk rumah sakit ini, tadi paman bilang nenek kondisinya tiba-tiba drop. Bagaimana keadaan mamamu? Apa tante Maya sudah lebih baik?" "Mama masih seperti kemarin, Kia. Tapi aku cukup lega, sebab mama sudah mendapatkan calon pendonor bagi ginjalnya." "Ah, Devan, aku ikut senang. Van, aku mau menemui paman dulu. Nanti aku akan menemuimu lagi." "Ya, Kia, aku juga akan pergi ke ruang perawatan mama. Sampaikan salamku untuk keluargamu." Kia mengangguk, dia memberikan senyum kepada Devan lalu melangkah pergi. Kebetulan sekali mereka bertemu di rumah sakit ini. Hari ini, sebetulnya Kia sedang sibuk mengurusi perkuliahannya, tapi paman menelponnya dan memintanya datang ke rumah sakit. Kata paman, nenek sakit keras dan selalu menyebut nama Kia. Kia juga sudah cukup lama mengenal Devan, Kia dan Devan juga punya perasaan yang sama. Mereka diketahui sebagai sahabat selama ini, tetapi tentu saja, tidak ada persahabatan antara lelaki dan perempuan, pasti akan ada perasaan lain yang akan muncul. Hanya saja sekarang, waktunya belum tepat untuk mengungkapkan. Sekarang, Kia sudah berada di depan kamar perawatan nenek. Tak ada pamannya di sana, hanya ada istri dari pamannya. Tante Anita. "Kia, syukurlah kamu sudah datang. Apa tadi tidak bertemu pamanmu tadi?" "Tidak, Tante. Bagaimana kondisi Nenek?" tanya Kia nampak khawatir. Tante terlihat tertunduk lesu, lalu menoleh ke samping seolah keadaan nenek yang lemah sudah menjelaskan semuanya. Airmata Kia tiba-tiba saja meleleh. Kia sudah tak lagi memiliki orangtua, ia anak yatim pintu yang diasuh dengan baik oleh kakak dari ibunya yaitu pamannya sendiri dan neneknya. Kia sangat menyayangi mereka. Jadi melihat keadaan nenek yang begitu lemah, dia tentu saja menjadi sangat sedih. "Nenek butuh ginjal untuk bisa sembuh, Kia. Pamanmu sedang mencari pendonor yang bersedia memberikan satu ginjalnya untuk nenek." Kia tak lagi ingat apapun, bahkan percakapannya dengan Devan beberapa saat yang lalu juga seakan terlupakan untuk sementara. Sekarang, dia hanya memperhatikan nenek. "Apa ada orang yang bisa mendonorkan ginjalnya untuk nenek, Tante?" "Pasti ada, Kia, banyak orang yang membutuhkan uang. Kita bisa memberikan berapapun yang mereka mau. Pamanmu sedang berusaha keras untuk itu." Kia hanya mengangguk, matanya menatap nenek dengan gelimangan airmata. Garis di layar monitor masih bergerak naik turun, menandakan bahwa nenek masih hidup meski sekarang sedang tak sadar. Hingga keesokan harinya, paman membawa kabar bahagia, bahwa pendonor bagi nenek telah ditemukan dan tentunya keluarga mereka yang kaya tak akan segan untuk menggelontorkan uang dalam jumlah banyak bagi siapa saja yang mau dan bersedia untuk itu. "Besok, operasinya akan segera dilaksanakan. Kami akan melakukan pemeriksaan kembali bagi kondisi pasien untuk menentukan keputusan finalnya apakah pasien dan pendonor benar-benar siap secara fisik dan mental untuk itu." Semua keluarga Kia mengangguk paham. Mereka yakin besok nenek akan kuat dan siap menerima ginjal baru di dalam tubuhnya. Kia tak pernah tahu, darimana paman menemukan pendonor ginjal itu. Dia hanya tahu dan bersyukur bahwa neneknya akan segera pulih dari masa kritisnya. *** Suasana pemakaman terlihat mendung. Hujan mengiringi prosesi pemakaman bagi seorang perempuan paruh baya yang selalu Devan panggil dengan sebutan Mama. Devan tertunduk, menatap gundukan tanah yang masih merah juga nisan yang bertuliskan nama mamanya. Di seberang sana, papa terlihat sama terluka, matanya menatap kosong. Devan sangat tahu betul, betapa tak akan pernah berarti hidup papa tanpa mamanya. Kenyataan menghempaskan Devan dan ayahnya pada satu kenyataan pahit, bahwa orang yang mereka cintai harus pergi dengan cara yang sedemikian liciknya. Mengapa Devan bisa berpikir seperti itu? Sebab pendonor bagi mamanya berubah pikiran dan tak bersedia lagi mendonorkan satu ginjalnya pada mama karena ternyata ada satu keluarga kaya raya yang telah membayarnya dengan harga yang lebih fantastis! Dan begitu Devan tahu siapa keluarga itu, amarah Devan tersulut begitu saja. Pemuda tampan dengan rahang tegas itu tak menangis di pemakaman ibunya, tapi airmata justru mengalir masuk ke dalam hati juga jantungnya sendiri hingga kini, ketika dia melihat seseorang itu datang dengan membawa seikat bunga bagi orang mati, Devan seolah sedang menghadirkan kebencian yang teramat nyata dari matanya. Begitu orang sudah sepi, tinggallah dia dengan gadis itu berhadapan, direbutnya bunga itu lalu dibuangnya jauh hingga terhempas ke tanah di sekitar pemakaman. "Untuk apa kamu datang ke sini? Apa kamu dan semua keluargamu yang durjana itu sedang menertawakan kematian ibuku?" Kia merasakan hatinya merembes, ditatapnya Devan dengan tatapan tak mengerti. Dia sama sekali tak paham. Dia memang mendengar berita kematian mama Devan dari pamannya, bahwa operasi pada mamanya gagal, dia juga tentu saja sangat berduka. Apa kedatangannya salah? "Dev, aku hanya ..." "Pergilah, aku tidak pernah lagi mau melihat wajahmu, Kia. Hari ini aku pastikan, adalah hari terakhir kita bertemu." Devan menatap Kia dengan kemarahan yang hampir meledak. Baginya, tak ada lagi rasa yang harus dipertahankannya untuk Kia. Dia tak lagi percaya pada gadis yang sempat membuatnya jatuh cinta itu. Sementara Kia masih tak paham, mengapa Devan terlihat begitu membencinya. Apa kematian mamanya membuat Devan harus membenci semua hal termasuk dirinya? Entahlah, Kia tak paham, tapi Kia tentu butuh penjelasan. Tepat saat Devan sudah berbalik dan berjalan beberapa langkah, suara Kia yang bergetar dan serak kembali memanggilnya. "Devan, aku sama sekali tidak paham. Kenapa, Van?? Aku tahu kamu sedih, tapi kenapa kamu menumpahkan semua kesedihan kamu dengan begitu marah kepadaku?" Devan terlihat mengepalkan tangannya, tatapannya menatap ke depan tapi kemudian dia berbalik, lalu didekatinya Kia hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa inci. Kia takut, gemetar terasa tubuhnya, tak pernah dia melihat Devan semarah ini. Ada apa ini sebenarnya? "Kau masih ingin berpura-pura? Puas karena sudah berhasil menyelamatkan nenekmu sementara ibuku tak terselamatkan? Kau dan keluargamu adalah orang yang harus bertanggungjawab atas kematian ibuku!" Seperti disambar petir, kata-kata Devan yang mengalir penuh kemarahan itu menghentak hati Kia seketika. Dia membeku, sementara Devan telah kembali menjauh lalu pergi meninggalkannya sendiri. Tatapan Kia kemudian beralih kepada makan dengan nisan bertuliskan nama ibu bagi pria yang begitu dicintainya. Bagai puzzle yang mulai tersusun, Kia juga kini mulai paham. Ia menatap ke depan, sosok Devan sudah pergi dan menjauh. Kia mencoba mengejar, tetapi Devan tak lagi mau melihatnya. Ini salah paham, sungguh dia melewatkan hal penting yang telah membuat Devan akan membencinya seumur hidup. Paman? Pamannya harus menjelaskan semua ini kepadanya!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook