bc

Peri Malam Tuan Regan

book_age18+
19
FOLLOW
1K
READ
billionaire
murder
manipulative
self-improved
CEO
tragedy
scary
abuse
illness
addiction
like
intro-logo
Blurb

Kata siapa Albino itu suatu kekurangan?

Bagi Delano Regan Anderson sosok albino itu spesial. Mata birunya, rambut putih, dan kulit bersih. Bak peri dari negeri dongeng.

Letia Faye, penderita albino yang memiliki nasib buruk karena diacuhkan keluarganya. Dicap sebagai pembawa sial, Ayahnya tak segan menjual Letia ke bar malam.

Takdir memepertemukan mereka. Si penguasa malam dan peri malam yang ingin bebas. Menjadikannya tawanan dalam kata indah bernama cinta.

Regan memberikan cinta yang nyatanya hanya obsesi gila. Membuat Letia terkurung selamanya dalam sangkar buatan Regan.

Mampukah Letia kabur dari belenggu asmara Regan atau justru kalah dalam gairah cintanya?

chap-preview
Free preview
My Presious Diamond
“Kau yakin ingin menjualnya padaku? Dia anakmu bukan?" Pria paruh baya itu menggeleng. “Aku tidak pernah mengakuinya sejak ia lahir!” “Huhuhu. A-Ayah, hiks,” tangis pilu terdengar lirih. Beradu dengan suara bising di lantai bawah. Surga bagi para pecinta dunia. “DIAM! Kau ingin kucongkel matamu, hah?!” “Woo, santai brother. Aku tidak menerima barang cacat. Kau tahu itu kan?” seringai laki-laki muda yang diperkirakan berumur dua puluhan akhir. Ia adalah pemilik bar malam ini. Orang-orang biasa memanggilnya Daren. “Hehe, m-maaf Tuan. Saya hanya menggertak,” simpuh laki-laki paruh baya bernama Thomas. “Apa keuntungan yang kudapatkan jika membeli gadis kecil ini? Sepertinya dia bahkan belum menstruasi,” lirik Daren pada gadis kecil yang bersembunyi di balik punggung Thomas. “Kau tidak perlu khawatir Lex. Saat ini Letia memang belum menstruasi. Tapi lihatlah!” Thomas menarik kasar lengan gadis kecil itu dan menghadapkannya ke depan Daren. “Lihatlah matanya! Indah bukan? Seperti birunya langit. Pasti banyak orang m***m yang menginginkannya. Dia langka!” Mata Daren menyipit. Menyisir seluruh tubuh gadis kecil itu. Pakaian putih sangat menyatu dengan kulit putih seperti salju. Rambut panjang dengan warna putih kekuningan. Bibir ranum seperti buah ceri. Oh yang terakhir dan paling menarik, sepasang mata berwarna secerah langit biru dengan bulu mata lentik yang warnanya hitam pudar. Dia seperti karakter dongeng di buku cerita anak yang menjadi nyata! Daren mengangkat sebelah alisnya. Cukup menarik. Ia bisa menjadi maskot bar malam ini. Pikirnya. “Baiklah, aku ingin mendengar dulu apa yang kau inginkan imbas dari menjual anakmu.” “Keinginanku tidak muluk-muluk. Berikan aku ‘itu’.” Semirik Daren semakin mengembang lebar. Ia tahu maksud terselubungnya. Benda yang membawa kepuasaan sesaat. Membawa ke surga tertinggi namun tak sebanding dengan resiko setelahnya. Orang ini sudah kecanduan! “Berapa yang kau minta?” “Ah, aku sulit mengatakannya. Bagaimana kalau… anak ini menjadi jaminanku seumur hidup untuk mendapatkan benda itu?” “Kau ingin menjadikanku gudang penyimpanan yang bisa kau ambil kapan saja?” “Aku terdengar seperti orang yang tidak punya malu. Tapi, ya. Aku memang sudah memutus urat maluku. Aku menginginkannya! Benda itu.” Daren beranjak dari tempat duduknya. Berjongkok di hadapan Thomas yang sejak tadi bersimpuh kemudian mencengkram dagunya. “Kau tahu? Sayap Ikaros meleleh terkena matahari ketika dia terlalu senang bisa terbang.” “Ah, lupakan. Kau pasti tidak mengerti mitologi yunani kuno. Tck, aku hanya ingin bilang….” Daren berdiri, menatap sengit kemudian kakinya melayang enteng ke wajah pria paruh baya itu hingga ia terhempas ke belakang. “Tahu tempat mu, b******k!” hardiknya. Darah segar merembas dari lubang hidung Thomas. Cairan merah itu lantas disadari oleh putrinya. “Ayah!” pekiknya khawatir. “Jangan sakiti Ayahku! Dasar preman!” sarkas gadis kecil itu seraya menghadang. Walau sering ditinggal dan tidak diberi makan. Letia, begitulah nama panggilannya. Tidak pernah terpikir dalam benaknya untuk tega melihat sang Ayah disakiti seperti ini. “Hei gadis kecil. Buat apa melindungi Ayah yang ingin menjualmu? Ah, aku lupa. Kau pasti belum paham dengan situasi ini kan? Baiklah, akan kuberi tahu....” Daren mensejajarkan dirinya dengan Letia. “Ayahmu menukarmu dengan bubuk surga. Kau tahu apa maksudnya itu? Kau akan dibuang dan tidak dipedulikan!” “Aku tidak mempercayai kata-kata preman!” ketus Letia. Tatapan datar Daren berikan. “Terserahlah, kau akan menyadarinya nanti. Setelah kau tinggal di sini beberapa hari,” seringainya terbentuk sempurna. Menghiasi wajah dengan pearching di alisnya. “Hei tua Bangka!”panggil Daren pada Thomas. “Iya?” “Kau beruntung karena putrimu menarik. Aku akan memberikan tiga kantung selama sebulan. Jika kau tidak mau aku akan membunuhmu dan putrimu di sini. Bagaimana?” tawarnya. “Ya, Ya! Aku mau. Berikan benda itu sekarang juga!” ucap Thomas tidak sabaran. “A-Ayah?” sorot Letia tampak layu. Linangan air matanya mengumpul. Ia masih berusia dua belas tahun. Untuk menyadari situasi ini ia sudah lebih dari cukup. Terlebih Letia termasuk anak cerdas. Seorang asisten membawa tiga kantong bubuk yang ditaruh dalam kresek berwarna hitam. Seperti anjing yang tidak diberi makan seminggu. Thomas langsung menyambarnya dengan penuh semangat. Ia menghirup kantung kresek itu seakan di dalamnya ada harta berharga. Melihat hal itu, Letia spontan menyampar kresek hitam dari tangan Ayahnya. Bulir air matanya sudah luruh jatuh entah kemana. “Jangan diterima!” “Aku tidak mau tinggal di sini.” “Anak kurang ajar!” Thomas melayangkan tangan kemudian bunyi tamparan itu terngiang pedih. Akibatnya Letia terhempas jatuh. Kulitnya yang putih membuat bekas tamparan itu memerah dalam sekejap. Ia memegangi pipinya. Sakit! lebih sakit lagi saat Letia melihat Ayahnya justru lebih memilih kresek hitam itu dibanding membantunya berdiri. “Ayah… hiks,” akhirnya tangis itu pecah juga. Bukan karena perih pipinya tapi karena sadar, hari ini adalah hari terakhir keluarga satu-satunya meninggalkan Letia. “Ayah, kumohon, hiks. Kumohon jangan pergi. Aku akan menjadi anak baik. Jangan tinggalkan aku. Hiks,” Letia merangkak, memohon di kaki sang Ayah. Namun dari sorot matanya, tak ada secuil pun tatapan iba. Justru Thomas berusaha melepaskan tangan Letia dengan kasar. “Lepas!” “Jangan pergi Ayah. Hiks.” “Sekarang Ayahmu dia,” tunjuk Thomas pada Daren yang sejak tadi tersenyum melihat pertunjukan dramatis. Tidak ada kesenangan sejati selain melihat keputusasaan. Seperti saat ini. “Kau harus menurut padanya jika tidak ingin Ayah mati!” “Tapi… aku tidak mau di sini Ayah. Aku mau ikut Ayah!” “LETIA! Kau lihat ini,” tunjuk Thomas pada kantung kresek. “Ini lebih berharga darimu. Sekarang pergunakan dirimu dengan baik dan anggaplah tempat ini rumahmu!” Thomas beranjak pergi. Melepas kasar rengkuhan Letia. Seolah jeritan dan tangisan Letia tak berarti. Thomas pergi begitu saja. Tidak menyerah, Letia hendak mengejar Thomas. Namun usahanya gagal saat laki-laki dewasa mengangkatnya ala bridal style. “AYAAAHHH!” Malam itu, di antara suara musik menggelegar terdapat tangis pilu. Di antara ceceran minuman keras di lantai, ada anak kecil yang meringkuk dalam kesedihan. Malam itu menjadi awal. Di mana satu persatu dunai Letia Faye berubah menjadi monokrom, gadis kecil pengidap kelainan genetik yang sering disebut albino. *** Siang jadi malam. Malam jadi siang. Begitulah dunia Letia. Ketika siang ia akan tertidur lelap. Keadaan tubuh spesialnya tidak memungkinkan keluar terkena cahaya matahari secara langsung. Lalu ketika malam menyapa, ia akan beraktivitas layaknya siang hari. Mengantar minuman, merapihkan kamar-kamar dan mengantarkan pesanan lainnya. Suara bising dengan kelap-kelip lampu disko sudah hal biasa di mata sebiru langit itu. Karena keunikannya, Letia dibiarkan menggunakan hoodie dengan penutup kepala sampai dirinya dewasa. Orang-orang sering memanggilnya Piggy. Karena Letia lebih sering menunduk. Mereka tidak tahu keindahan dibalik tudung hoodie itu. Bagai berlian safir di tengah tumpukkan lumpur. “Hei Piggy! Come here!” sahut seorang wanita dengan pakaian sexy. Letia sering melihat mereka. Kumpulan remaja hedon. Anak-anak dari penguasa kota. Mungkin umur mereka tidak jauh dengan Letia sekarang. Ya, malam ini kurang lebih sudah malam ke 1850 hari. Gampangnya bilang sudah lima tahun Letia di sini. Semenjak Ayahnya menjualnya dulu, kini umur Letia menginjak 17 tahun. Sejatinya wanita, Letia pun tumbuh menjadi gadis cantik. Mungkin hanya dia satu-satunya gadis yang kesuciannya masih terjaga. Karena Daren tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh Letia sampai ia berusia 20 tahun. Begitulah janjinya dulu. Itu sebabnya Letia harus kabur sebelum ulangtahunnya yang ke dua puluh. Percayalah! Sudah berbagai usaha Letia lakukan untuk kabur. Sayangnya selalu berakhir tertangkap. Seolah ada alat pendeteksi yang terpasang di tubuhnya. “Ada yang bisa dibant—“ Percikan air mengenai area wajah Letia seiring tawa gurih menelusup masuk ke indra pendengaran. Salah satu dari mereka menyiramkan alkohol ke wajah Letia. Ah, satu hari lagi dipenuhi kesialan! “Lepas!” sahut suara bariton. Kini temannya ikut-ikutan membuli Letia. “Tunggu apa lagi? Baju mu basah bukan? Ayolah! Aku memberimu saran baik sebelum kau masuk angin.” “Hahaha, aku khawatir ia akan masuk angin sampai perutnya membesar.” “Kau yang akan bertanggung jawab Jack. Sana cium pengantinmu!” sarkas mereka saling dorong. “Hei Piggy! Cepat lepas hoodie mu!” ketus seorang wanita. “Kalau kalian hanya ingin membuliku. Maaf! Aku tidak punya waktu menjadi bahan kesenangan kalian!” Letia segera beranjak sebelum salah satu dari mereka menarik tudung hoodie Letia hingga ia terjengat ke belakang. “HEI!” pekik Letia kesal. “Oh look at that. Dia mewarnai rambutnya!” ejek wanita itu. Ia pikir rambut Letia diwarnai. Nyatanya, ini adalah warna asli rambutnya. Putih kekuningan. Salah seorang lelaki ingin meraih rambut Letia. Sadar, Letia langsung menghindar. “Don’t touch!” dengus Letia. Demi apapun ia tidak suka tubuhnya disentuh tangan kotor mereka. “Wah, dia marah!” canda laki-laki itu sambil menoleh ke teman-temannya. Tanpa aba-aba, laki-laki itu menampar Letia sangat keras hingga ia tersungkur. Tidak habis sampai di situ. Teman-teman yang lain ikut menyerukan aksinya memaksa Letia membuka bajunya. Tanah ini adalah bentuk kebebasan. Tidak ada aturan yang melanggar segala aktifitas. Hanya karena pembulian seperti ini tidak akan membuat seseorang iba dan menghentikan. Itu tidak akan terjadi. Yang bisa melindungi adalah diri kita sendiri! “Agh! Lepas!” pekik Letia. “Lepaskan aku b******k!” “Agh!” Letia berontak. Segala cara ia lakukan supaya hoodie nya tetap terpasang. Namun sayang, ia tak kuasa menahan kuatnya aksi kelima remaja di depannya. Hoodie itu terlepas. Mengekspos tubuh putih Letia yang hanya terbalut tanktop. Semuanya terbelalak. Mereka tak bergeming beberapa detik. Semuanya terkejut dengan sosok asli gadis yang selalu menutupi dirinya menggunakan hoodie. “Wow! Amazing!” sahut salah satu dari mereka. Bersamaan dengan itu teman-teman yang lain ikut tersadar. Letia mengambil kesempatan untuk meraih hoodienya dan berlari. Terdengar beberapa kalimat yang masih sibuk mereka ujarkan. Namun Letia abaikan. “Apa dia peri?” “Bodoh! Tidak ada peri di dunia ini!” “Tapi aku baru saja melihat peri." “Ah sudahlah! Ayo kita minum lagi!” “Wah, kalau tahu penampilan Piggy seperti itu aku tidak keberatan menikahinya.” “Tck! Kau hanya ingin menidurinya. Lihatlah ‘adick kecil’ mu! Dia mulai berdiri sejak hokdie Piggy terlepas.” Terlepas dari obrolan random mereka. Di samping ada seorang pria matang yang sejak tadi memperhatikan. Seringainya terukir apik menghiasi wajah tegas nan kokoh itu. Mulutnya terbuka untuk menyesap tequila yang beberapa menit lalu ia pesan. Sekali tegukan habis membuat jakunnya naik turun. Sorotnya tertuju pada tangga. Tempat di mana bayangan gadis itu menghilang. “I found it, my precious diamond.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook