Hari Dimulainya Janji
Hari ini menjadi hari yang bersejarah dan penuh makna bagi warga Jakarta. Suasana di Gedung DPRD DKI Jakarta tampak berbeda dari biasanya. Sejak pagi hari, ratusan orang sudah memadati halaman gedung, sebagian besar adalah para undangan resmi, pejabat daerah dan pusat, tokoh masyarakat, perwakilan organisasi, serta wartawan dari berbagai media nasional. Bendera merah putih berkibar gagah di halaman utama, sementara karangan bunga ucapan selamat dan sukses berjajar rapi di sepanjang jalan masuk, mengiringi detik-detik menjelang pelantikan Gubernur Jakarta yang baru, Pandu Mahardika.
Pandu Mahardika, sosok yang telah dikenal luas karena rekam jejak kepemimpinannya yang kuat dan konsisten, resmi dilantik menjadi Gubernur Jakarta hari ini. Dengan wajah tenang namun tegas, ia memasuki ruang pelantikan didampingi oleh istrinya, Fasha Adhiyaksa. Mereka berdua berjalan beriringan melewati lorong utama menuju ruang pleno dengan sorotan kamera yang mengikuti setiap langkah mereka. Fasha tampil anggun dalam balutan kebaya modern berwarna biru tua yang elegan, senada dengan dasi Pandu yang juga berwarna biru. Di belakang mereka, tampak putra semata wayangnya, Aziel, seorang remaja 14 tahun yang mengenakan jas resmi dan berdiri dengan postur bangga, menyaksikan momen bersejarah dalam kehidupan keluarganya.
Suasana di dalam ruangan begitu khidmat. Para undangan berdiri ketika Pandu dan keluarga memasuki ruangan. Para pejabat tinggi negara hadir dalam acara tersebut, termasuk Menteri Dalam Negeri yang bertindak sebagai pihak yang melantik, serta para gubernur dari provinsi tetangga yang ikut menyaksikan dan memberi dukungan. Pelantikan ini juga disiarkan secara langsung oleh berbagai stasiun televisi nasional. Di luar gedung, masyarakat Jakarta mengikuti jalannya acara melalui layar besar yang dipasang di beberapa titik strategis kota, seperti Bundaran HI, Monas, dan Taman Mini Indonesia Indah.
Ketika prosesi pelantikan dimulai, suasana menjadi sangat hening. Suara Menteri Dalam Negeri terdengar jelas ketika membacakan sumpah jabatan, yang kemudian diikuti dengan lantang oleh Pandu Mahardika. Ia mengucapkan setiap kata dengan penuh keyakinan dan komitmen, mencerminkan tanggung jawab besar yang kini ia emban sebagai pemimpin ibu kota negara. Setelah prosesi pengucapan sumpah selesai, disusul dengan penandatanganan dokumen resmi pelantikan, tepuk tangan meriah menggema di seluruh ruangan. Pandu Mahardika kini resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Setelah pelantikan, Pandu menyampaikan pidato pertamanya sebagai Gubernur. Dalam pidatonya yang berdurasi hampir 30 menit, ia menyampaikan visinya untuk Jakarta lima tahun ke depan. Ia berbicara tentang pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, transformasi digital layanan publik, serta upaya memperkuat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan kota. Ia juga menekankan pentingnya merawat keberagaman dan toleransi di Jakarta, kota yang menjadi rumah bagi berbagai suku, agama, dan latar belakang budaya.
Di tengah pidato tersebut, kamera televisi sempat menyorot Fasha Adhiyaksa yang tersenyum penuh haru. Sebagai seorang istri dan juga pengusaha sukses yang memimpin FA Interior Design, Fasha dikenal sebagai figur yang tangguh dan mendukung penuh karier suaminya. Ia memegang tangan Aziel dengan lembut, seolah memberikan penguatan bahwa apa yang sedang disaksikan anaknya adalah buah dari kerja keras, dedikasi, dan integritas.
Aziel, meski masih berusia 14 tahun, tampak matang dan menghayati momen ini. Ia menyimak pidato ayahnya dengan serius, sesekali menunduk dan tersenyum kecil. Wartawan yang meliput acara ini bahkan sempat menyorot remaja tersebut dan menyebutnya sebagai "calon pemimpin masa depan" karena ketenangan dan pembawaannya yang dewasa.
Setelah pidato selesai, suasana menjadi lebih santai. Para tamu berdiri, memberikan ucapan selamat secara langsung. Pandu tampak menyalami satu per satu pejabat dan tokoh masyarakat yang hadir. Tak sedikit yang memeluk dan menepuk pundaknya, memberikan dukungan dan harapan besar. Fasha pun menerima banyak pelukan hangat dari sesama tokoh wanita dan pejabat daerah, sementara Aziel menjadi sasaran pujian banyak orang karena sikap sopan dan ramahnya.
Di luar gedung, masyarakat Jakarta turut merayakan momen ini. Banyak yang berkumpul dengan membawa spanduk dukungan dan foto Pandu Mahardika. Beberapa kelompok kesenian tradisional menampilkan pertunjukan musik dan tari di halaman depan gedung. Ada pula yang mengibarkan bendera kecil sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Suasana kebersamaan dan optimisme memenuhi udara Jakarta hari ini.
Dengan pelantikan ini, lembaran baru dalam sejarah Jakarta resmi dimulai. Pandu Mahardika, dengan latar belakang dua periode kepemimpinan sebagai walikota dan dua periode sebagai anggota DPR RI, membawa harapan besar akan hadirnya kepemimpinan yang visioner dan menyatu dengan rakyat. Dan hari ini, rakyat Jakarta menyaksikan bukan hanya pelantikan seorang gubernur, tetapi juga lahirnya semangat baru untuk membawa Jakarta menjadi kota yang lebih adil, modern, dan manusiawi.
Setelah prosesi pelantikan yang berlangsung penuh khidmat, rangkaian acara berlanjut ke sesi wawancara eksklusif bersama media nasional. Pandu Mahardika, yang kini resmi menyandang gelar Gubernur Jakarta, berjalan menuju area yang telah disiapkan untuk temu media, masih didampingi oleh istrinya, Fasha Adhiyaksa, dan putra mereka, Aziel. Kilatan kamera menyambut langkah mereka, suara mikrofon berdenting, dan para jurnalis dari berbagai media mulai bersiap dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka siapkan dengan saksama.
Salah satu reporter dari TVRI mengawali dengan pertanyaan yang menggugah:
“Pak Pandu, bagaimana perasaan Bapak hari ini, bisa mencapai titik tertinggi sebagai Gubernur Jakarta setelah perjalanan politik yang panjang?”
Dengan senyum tenang, Pandu menjawab,
“Saya bersyukur. Ini bukan hanya puncak karier, tapi amanah besar yang harus saya jalani dengan hati-hati. Jakarta adalah cermin Indonesia. Tantangannya berat, tapi saya percaya, dengan kerja sama dan transparansi, kita bisa membuat perubahan nyata.”
Suasana wawancara menjadi lebih hangat ketika Fasha ikut diberikan kesempatan untuk berbicara. Seorang jurnalis dari majalah gaya hidup bertanya kepadanya:
“Bu Fasha, sebagai istri seorang gubernur sekaligus CEO dari FA Interior Design, bagaimana Ibu akan menyeimbangkan dua peran yang besar ini?”
Fasha, yang tampak percaya diri namun tetap rendah hati, menjawab,
“Perempuan bisa berada di mana pun, selama ia tahu siapa dirinya. Saya akan terus mendukung suami saya dengan sepenuh hati, dan tetap menjaga perusahaan saya karena saya percaya pada kekuatan tim dan manajemen yang sehat. Ini perjalanan keluarga, bukan hanya satu orang.”
Namun sorotan mulai beralih ketika salah satu reporter televisi swasta melihat Aziel yang berdiri di dekat orang tuanya.
“Aziel, kamu bangga dengan ayah kamu hari ini?”
Remaja itu tersenyum sedikit malu namun berani mengangguk.
“Bangga. Tapi saya juga sadar, ini tanggung jawab besar. Saya banyak belajar hari ini tentang arti menjadi pemimpin.”
Lalu, dengan sedikit canda, salah satu reporter menyisipkan,
“Mungkin calon gubernur masa depan ya?”
Tawa ringan terdengar, namun sorot mata Aziel saat menanggapi itu tak sepenuhnya main-main. Ia menatap ayahnya sejenak, lalu berkata,
“Kalau Tuhan dan rakyat izinkan, kenapa tidak?”
Suasana wawancara itu membawa kesan mendalam. Di antara kehangatan, ada aura harapan, kekuatan, dan sekaligus tekanan akan masa depan. Banyak jurnalis menulis headline dengan tajuk seperti “Pandu Dilantik, Jakarta Bersiap Menatap Era Baru” atau “Keluarga Mahardika: Simbol Kepemimpinan Modern”.
Namun tak semua orang memandang pelantikan ini dengan mata yang sama. Di salah satu sudut ruangan, seorang pria berkemeja abu-abu gelap berdiri sambil menyimak siaran langsung di ponsel kecilnya. Ia tidak bersorak, tidak tersenyum, hanya mencatat sesuatu di buku catatannya. Wajahnya dingin, tatapannya menusuk.
“Waktunya sebentar lagi,” gumamnya.
Ia menutup buku itu pelan, lalu melangkah pergi, menghilang di antara kerumunan, meninggalkan satu pertanyaan menggantung di udara.
***