bc

Suamiku, Surgaku

book_age18+
38
FOLLOW
1K
READ
family
sweet
like
intro-logo
Blurb

Haris dan Naura adalah penganut Gerakan Nikah Muda yang pernah booming pada masanya. Perkenalan yang sangat singkat membuat keduanya tidak cukup memahami karakter masing-masing. Di tambah dengan ketidak-sukaan keluarga Haris kepada Naura yang semakin membuat jarak di antara keduanya. Dapatkah mereka mempertahankan pernikahan yang masih seumur jagung ini?

chap-preview
Free preview
1
"Dek, seminggu lagi mas cuti pulang, mau dibawain oleh-oleh apa sayang dari sini?" Suara khas milik seseorang yang aku cinta, dan yang selalu aku rindukan terdengar di ujung telepon. "Minta mas sampai rumah dengan selamat, sehat walafiat dan ngga kurang suatu apapun." Jawabku sambil terkekeh dengan suara yang ku buat semanja mungkin. "Inshaa Allah sayang, mas akan sampai rumah dengan selamat, nanti inshaa Allah malam Jumat mas berangkat dari sini, kemungkinan sampai rumah Ahad pagi." Jelas mas Haris yang membuat jantungku berdetak tak karuan. Membayangkan pertemuan kami berdua setelah sekian lama hanya mampu memendam rindu dalam d**a, membuat ku tersipu sendiri. Andai saja panggilan ini adalah video call, mungkin mas Haris dapat melihat wajahku yang sudah memerah bak kepiting rebus. Sudah tak sabar rasanya menunggu dua Ahad yang akan datang dan bertemu kekasih halal ku. "Iya mas, baik-baik di situ ya mas, adek ngga sabar mau ketemu mas deh rasanya." Ucapku yang berusaha menggombal tapi ku tahu tak akan mempan, ya karena aku tidak begitu ahli dalam hal ini. Aku terbiasa di gombali Mas Haris, bukan menggombal. Hihi. "Mas juga ngga sabar dek, pengen ketemu kamu, udah kangen bangettt sama istri mas yang cantik tiada duanya." Balas Mas Haris yang menimbulkan rona kemerahan di pipi ku. Benar kan apa yang aku katakan? Aku terbiasa di gombali. "Semoga saja kamu cuma gombal ke aku ya mas, bukan ke setiap perempuan." Bisik dalam hatiku yang seketika menghangat. "Dek, nanti mas telepon lagi ya, ini sudah sampai lokasi, i love you, sayang." Sambung mas Haris yang diakhiri dengan salam. "Iya mas, love you too." Jawabku sesaat sebelum sambungan telepon benar-benar terputus. Yah, begitulah rutinitas ku dengan mas Haris. Di setiap harinya kami akan selalu meluangkan waktu untuk bertukar kabar melalui panggilan suara, sekedar menanyakan kabar masing-masing. Setidaknya waktu 2 menit yang sangat berharga untuk kami, setidaknya itulah pemikiran ku selama ini. *** Beberapa saat setelah telepon terputus, aku masih tersenyum sendiri mengingat mas Haris mengatakan 'i love you' di akhir panggilan kami. Bukan tanpa alasan, suamiku termasuk orang yang jarang sekali mengutarakan perasaan. Dia terbiasa menggoda ku dengan rayuannya, tapi tidak dengan mengucapkan kata cinta. Mendengar dia mengatakan itu membuat rasa rindu di dadaku menjadi kian tak tertahan. Maklum saja, kami sudah 2 bulan lamanya tidak bertatap muka secara langsung. Aku dan suamiku terpaut usia 6 tahun. Dia yang sudah memasuki usia kepala tiga saat meminang ku membuatku seperti menemukan sandaran baru. Sosok lelaki terhebat kedua setelah ayahku dan juga calon ayah untuk anak-anakku. Dia anak ketiga dari empat bersaudara dan lelaki satu-satunya. Ayahnya sudah meninggal sejak suamiku berusia 5 tahun. Kami berkenalan melalui perantara seorang sahabat di suatu majelis yang ada di kota tempat tinggal kami. Tidak ada kesan yang berarti saat kami mulai mencoba untuk terbuka satu sama lain. Sifatku yang pemalu membuat proses pendekatan kami tidak berjalan mulus, sampai akhirnya seorang sahabat yang bersedia menjadi perantara kedekatan kami memberitahu ku tentang niat baik suamiku itu. Hari berganti bulan, Mas Haris memberanikan diri untuk datang menemui ayahku dan menyampaikan niat baiknya secara langsung di hadapan waliku. Aku sempat terkejut dibuatnya, dan tidak menyangka akan secepat ini proses yang dijalani. Ayahku sendiri pun termasuk orang yang keras tapi juga bijaksana. Beliau akhirnya memberikan izin mas Haris untuk datang lagi ke rumah dengan membawa serta orang tua dan kerabatnya. Tanpa banyak drama dan proses yang tidak berbelit-belit, akhirnya beberapa bulan setelahnya pun kami telah sah menjadi pasangan halal. *** "Hayoo makan kok sambil bengong. Pemali tau." Tiba-tiba saja suara khas yang selama ini hanya terdengar melalui panggilan suara, kini terasa nyata tepat di belakangku sambil memencet sedikit hidungku. "Hiii, mas kok udah pulang. Katanya besok pagi baru sampai." Rengekan Ku terdengar manja saking rindunya dengan mas Haris. Ya, akhirnya lelaki hebat ku telah sampai ke rumah setelah berbulan lamanya dia berada di perantauan. Sesuai janjinya, dia pun pulang dengan keadaan sehat walafiat dan tak kurang suatu apapun. Aku pun mengucap syukur pada Rabb-ku karena telah menjaga Mas Haris selama berada jauh dariku. "Iya sengaja mau buat kejutan untuk istri tersayang." Goda mas Haris sambil mengelus daguku lembut. Entah mengapa aku merasa pipiku sekarang kian memerah karena godaannya itu. "Ahh, Mas Haris. Kamu selalu bisa membuat ku merasa seperti di istimewakan." Batinku seakan tengah menyoraki kebahagiaan yang tiada duanya ini. Kalau aku boleh meminta, tolong jadikan dia tetap seperti sekarang yaa Allah. Jangan biarkan dia berubah, atau bahkan menjauhiku. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpanya. Aku sangat mencintai lelaki ku ini yaa Allah. Bucin? Ya biarin lah, namanya juga sama suami sendiri. Kalo bucin sama suami orang nah itu baru kurang ajar. Bukankah begitu, saudara? "Terus kenapa lewat pintu belakang?" Aku bertanya sambil memonyongkan bibir, sedikit tidak terima karena merasa di kerjain suami sendiri. Rutinitas ku setiap pagi memang akan lebih banyak ku kerjakan di belakang, seperti masak, cuci-mencuci piring ataupun pakaian. Ya, mungkin itu alasan mas Haris langsung menuju ke pintu belakang karena bisa jadi aku yang ngga denger pas dia manggil lewat depan. "Lagipula pintu depan pasti dalam keadaan terkunci jadi wajar saja lah kalau Mas Haris lewat pintu belakang." Batinku berusaha mencari pembelaan untuk Mas Haris. Saking cintanya, sampai hal yang menyebalkan pun akan di anggap biasa saja. Dasar hati! "Kalo lewat depan ya ngga jadi kejutan dong." Jawab mas Haris sekenanya dengan wajahnya yang dibuat sedikit menyebalkan. "Huh, dasar nyebelin, tapi ngangenin." Teriak batin ku lagi karena aku ngga seberani itu untuk menggombal langsung di hadapan mas Haris, Malu! Tanpa berkata-kata lagi, langsung saja aku membenamkan wajah ke d**a bidang mas Haris untuk sekedar mencari kenyamanan dan melepaskan kerinduan yang sudah tertahan 2 bulan lamanya. Cinta dalam halal memang senikmat ini. Kalau pengen peluk ya tinggal peluk, tidak akan ada yang melarang malahan terhitung sebagai pahala. Yang jomblo geser dulu lahh, hihi. Setelah puas berpelukan dan saling mengutarakan kata cinta, aku pun segera mengambil piring lagi dan mengajak mas Haris makan bersama. Menikmati sarapan berdua dengan orang yang di cintai sungguh indah sekali. Jadi, Nikmat Allah yang manakah yang sudah aku dustakan? *** Aku dan mas Haris sebetulnya berasal dari kota yang sama. Mas Haris bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi yang menaungi daerah di luar pulau Jawa, atau lebih spesifik daerah Bali-Lombok. Dan, karena alasan pekerjaan itulah mas Haris jadi tinggal sementara di daerah yang memiliki selisih waktu 1 jam dengan tempatku berada. Mas Haris pernah mengajakku untuk ikut dengannya ke seberang pulau sana. Tapi, pekerjaanku yang sebagai seorang pendidik di salah satu sekolah disini membuatku memilih untuk memendam rasa rindu dengan suamiku itu. Dan, mas Haris pun tidak keberatan dengan keputusanku. Yang terpenting adalah kepercayaan dari masing-masing dan selalu memegang teguh komitmen untuk selalu setia. Cinta bisa datang kapan saja dan untuk siapa saja. Tapi, saat kita sudah berkomitmen untuk sehidup semati dengan satu orang, maka sejauh apapun jarak di antara kita tetap tidak akan terasa. Yang ada hanya perasaan rindu ingin bertemu, rindu ingin selalu bersama, dan rindu ingin memeluk setiap saat. Setidaknya inilah yang aku rasakan dengan suamiku. Semoga, dia pun merasakan hal yang sama dengan ku. "Aahhh, aku amat mencintai lelaki-ku ini yaa Allah, jodohkanlah dia dengan ku hingga di akhirat nanti." Aku bergumam dalam hati sembari memandang ia yang tengah menyantap sarapannya dengan teramat lahapnya. ... Bersambung... Hai, hai... Ikuti selalu cerita Suamiku, Surgaku ya Readers yang baik hatinya... Love kalian semuaaa.. Semangat!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.6M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
470.3K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
513.2K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
610.5K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
470.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook