bc

LIGHT OF ALP

book_age18+
257
FOLLOW
1K
READ
revenge
brave
boss
mafia
icy
ambitious
evil
campus
crime
like
intro-logo
Blurb

Bukan orang berjiwa dingin namanya, jika mudah memperdulikan orang lain.

Bukan orang arogan namanya, kalau mau mengalah terhadap hal kecil.

Bukan orang tempramen namanya, jika mudah menerima hal yang salah.

Namun, bukan Elen namanya. Jika tidak bisa menghancurkan semua sifat itu.

chap-preview
Free preview
ALP
Di setiap sudut ruangan terdengar langkah kaki yang sedang berjalan. Kali ini suasana bangunan setinggi dua puluh lima lantai yang terdapat di Kota Freiburg tersebut tak seperti biasanya. Tidak ada keributan, musik-musik yang berasal dari alat permainan, maupun asap rokok yang biasanya bertebaran disetiap ruangan. Kedatangan seorang anak berumur tujuh tahun yang mengenakan setelan slimfit suit berwarna hitam tersebut membuat orang-orang yang bekerja di sana berbaris rapi menghormatinya. Terlebih karena orang yang berjalan di sampingnyalah yang membuat ia mendapatkan semua respect itu. ‘’Selamat datang Tuan Besar Foster, selamat datang Tuan Muda Alp. Aku harap perjalanan kalian menyenangkan.’’ Sapa manajer yang sangat ramah itu. Mereka dipersilakan untuk masuk ke Owner Cabin, diikuti oleh empat orang bodyguard yang dari tadi mengikuti dari belakang. Di luar ruangan terdapat dua pengawal yang memang khusus menjaga ruangan milik Foster. Ruangan bernuansa white slate itu diisi dengan meja kerja, sofa, karpet yang senada dengan warna cat ruangannya, serta kamar pribadi yang memiliki rak buku sebagai connecting door nya. Hanya pemilik dan orang-orang kepercayaan Theo lah yang mengetahui ruangan yang terhubung oleh cabin utama tersebut adalah milik Alp. Manajer Casino Of Regiel memberikan laporan mengenai pendapatan, pengeluaran dan keuangan yang dikelolanya selama satu bulan. Alp dari tadi duduk di kursi kerja milik ayahnya dan memejamkan matanya. Sedangkan Theo yang mebaca laporan keuangan dengan seksama, bersikap merasa puas dengan hasil kerja anak buahnya. ‘’Aku sudah melihat hasil kerjamu selama enam bulan ini, Andy. Aku sangat puas sekali.’’ Foster berdiri dari tempat dimana ia duduk. ‘’Terimakasih Tuan.’’ Manajer itu terus menerus berterima kasih kepada orang yang mempekerjakannya. Dua orang pengawal menarik tubuh Andy dan menghentakkannya ke tembok. Benturan yang lumayan keras itu pun mengakibatkan darah segar keluar dari kepalanya. ‘’Lepaskan aku,’’ Pintanya. ‘’ Tuan, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Mengapa kau memperlakukanku seperti ini. Bukankah tadi Tuan yang mengatakan sendiri bahwa kinerjaku memuaskanmu.’’ Andy berontak. Foster menghampiri Andy yang lagi-lagi minta dilepaskan. ‘’Aku memang sangat puas, sungguh. Karena telah ditipu habis-habisan oleh b******n sepertimu.’’ Foster memberi kode kepada pengawalnya untuk memberi pelajaran kepada Andy. Manajer pembohong itu dihajar habis-habisan. ‘’Tuan, maafkan aku. Ampuni aku tuan.’’ Teriaknya yang sudah kesakitan . Andy berusaha melepaskan diri dari pukulan yang bertubi-tubi itu, ia berlari menuju Alp yang dari tadi tengah duduk santai. Berlutut dan memohon pertolongannya. Apa yang dilakukan oleh Andy benar-benar mengganggu Alp. Dua pengawal yang dari tadi berdiri di depan Alp ingin menyingkirkan manajer itu, namun Alp mengangkat satu tangannya. Dua pengawal itu mengurungkan niatnya. ‘’Ah sial sekali,’’ Alp memperbaiki posisi duduknya. ‘’Aku bahkan tidak bisa duduk dengan tenang.’’ Ucapnya ketus. ‘’Tuan Muda, tolong selamatkan aku.’’ Mimik wajahnya yang minta dikasihani itu dipenuhi oleh air mata palsu. Karena pengkhianatan yang telah ia lakukan akan membuat dirinya terbunuh saat itu juga. Dorr … sebuah peluru dengan diameter 11.5 mm melesat cepat dan bersarang di kepala Andy. Tubuh yang dari tadi berlutut di depan Alp itu seketika oleng dan jatuh ke lantai. Keempat pengawal yang berada di sana tak percaya dengan apa yang barusan Alp lakukan. Tuan Muda yang baru berusia tujuh tahun itu memegang Glock 45 GAP dan baru saja membunuh seseorang. Anak-anak seusia Alp seharusnya sedang memegang pensil ataupun buku tulis, namun beda halnya dengan penerus Foster itu. Alp yang dikenal dengan kepribadiannya yang arogan dan pemarah berkata santai. ‘’Apa? Kalian mau ku bunuh juga? Singkirkan mayat ini dari hadapanku sekarang.’’ Titahnya. ‘’Baik Tuan Muda.’’ Mereka menjawab kompak. Para pengawal yang sudah tersadar dari lamunan mereka dengan sigap mengeluarkan tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Foster memperhatikan putra semata wayangnya. Sifat yang dimiliki Alp benar-benar mencerminkan dirinya. Ini bukan kali pertama Foster melihat Alp menembak dengan sasaran mahluk hidup. Di rumah, Alp menghabisi sembilan ekor anjing peliharaannya saat pertama kali Foster memberikannya senjata. Hal itulah yang membuatnya tampak biasa saja walau para pengawal bolak-balik memperhatikannya, padahal putranya yang masih berusia tujuh tahun itu telah menghilangkan nyawa seseorang. Alp kembali memejamkan matanya. *** Cukup lama ia tertidur, alarm ponsel yang berdering membangunkannya dari alam mimpi. Alp sedang berada di dalam kelas. Untung saja dosen yang baru masuk itu tidak melihatnya karena terhalang oleh mahasiswa lain. Sebuah tugas diberikan untuk mencari artikel mengenai bisnis internasional, dengan deadline hari senin. Tulis tanggapan mengenai artikel itu, satu tim berisi dua orang. Kebetulan tidak ada yang mau setim dengan Alp dan Elen. Hal itu dikarenakan Alp terlihat sangat santai dan bersikap cuek. Baik kepada dosen, teman maupun pelajaran. Sedangkan seorang gadis yang bernama Elen. Tak hanya cantik, ia juga dikenal sangat pintar. Satu kelas berasumsi dia dapat mengerjakan tugas itu sendirian tanpa bantuan siapapun. Alp yang dari awal sudah melihat kepandaian Elen, memilih untuk bersikap biasa saja. Bahkan tidak membuka pembicaraan kepada teman setimnya itu. Padahal dia sudah mengetahui akan bekerjasama dengan Elen. Jam kuliah telah usai, Elen menghampiri Alp di koridor kampus yang menuju ke parkiran. ‘’Hai, Alp.” Elen menyapa dengan sopan dan mengimbagi langkah kaki pria dingin itu. ‘’Ada apa?’’ tanyanya. ‘’Kenalkan, aku Elen teman setimmu.’’ dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. ‘’Aku tau, ada apa? Alp menjawab ketus. Bahkan Alp tidak menyambut perkenalan itu. Elen pun mengurungkan niatnya untuk berjabat tangan. ‘’Oh, maaf jika aku mengganggumu. Lain kali saja.’’ Elen menghentikan langkahnya, namun Alp terus melangkah maju. Sama sekali tidak memperdulikannya. Jika seseorang sekilas melihat Alp , orang itu pasti beranggapan Alp adalah pria yang ramah. Nyatanya, pria tampan yang selalu berpakaian rapi itu adalah orang yang sangat dingin. Elen merasa tidak enak hati karena sudah mengganggu Alp. Di mobil, ia memejamkan matanya dan menengadahkan wajahnya ke atas. ‘’Ah, aku menyapanya di waktu yang salah.’’ Rupanya mobil Alp bersebelahan dengan mobil Elen. Dari tadi ia diam-diam memperhatikan gadis itu. **** Sepulangnya dari kampus, Elen pergi ke pemakaman. Meletakkan karangan bunga dan mencium batu nisan yang dari tadi di pegangnya. Di makam itu terdapat pohon yang berukuran sedang tepat di sebelahnya. Elen bersandar di sana. ‘’Ibu, sampai saat ini. Aku menjalani kehidupan seperti yang ibu mau. Aku sudah menjadi anak yang baik. Walau ibu sudah tiada, aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dari ayah. Hanya saja, aku selalu merasa kesepian.’’ Isaknya pelan. Jika menangis terlalu keras, ia takut mengganggu peziarah lain yang berada di depan makam ibunya. ‘’Jika ibu adalah tamu di rumahku, aku akan memberikan apapun yang ku punya untuk membuat Ibu senang. Walaupun itu adalah makanan terakhir yang ku miliki. Aku akan tetap memberikannya. Semoga ibu bahagia melihatku disini. Aku merindukanmu, Bu.’’ Tangisnya pecah Peziarah yang berada di depannya memalingkan wajahnya ke Elen. Dia cepat-cepat menghapus air matanya. ‘’Maaf mengganggumu Tuan,’’ Orang itu hanya tersenyum. ‘’Hari ini aku sudah mengganggu dua orang, Bu.’’ Elen tersenyum tipis. Hand Bag miliknya dijadikan alas di kepalanya. Elen berbaring di tanah, sambil memeluk makam ibunya. Selang beberapa jam kemudian, seseorang membangunkan Elen dari tidurnya ‘’Nona, apa kau baik-baik saja?’’ Ia terbangun mendengar suara itu. ‘’Aku baik.’’ Elen menjawab dengan suara parau. Duduk bersandar lagi di pohon tadi. Mengumpulkan kesadarannya dan melihat jam yang berada di tangannya. Itu adalah pria tadi, ia kembali lagi karena sesuatu miliknya tertinggal. ‘’Sebaiknya kau pulang, ini sudah hampir gelap.’’ ucapnya. Elen tersenyum dan orang itupun berlalu meninggalkannya sendirian. ‘’Ibu, aku harus pulang. Aku akan mengunjungi lagi. Lihat, Ayah sudah menghubungiku berkali-kali.’’ Ia melihat ponselnya sambil merapikan pakaiannya. Di rumah, Ann sudah menunggunya pulang. ‘’Nona, tadi Tuan Besar sudah mencari nona kemana-mana. Beliau bilang, Nona sulit sekali dihubungi.’’ Elen hanya mengucapkan terimakasih dan langsung menuju kamarnya. Di atas tempat tidurnya, ada sebuah surat dan kotak kecil berpita slate. Warna kesukaannya. ‘’Cinta di hidupku, malam ini Ayah terbang ke Amsterdam. Lusa baru kembali. Tertanda, Ayah.’’ Ia membuka kotak yang berisikan kalung dengan permata bulat berwarna slate dan inisial E yang tertulis di liontin pipih berbentuk bulat namun sedikit lebih besar. Kalung itu memiliki dua liontin yang sangat unik. Ia memotret dirinya menggunakan kalung tersebut dan mengirim gambar itu ke Ayahnya, beserta ucapan terimakasih. *** Dalam perjalanan ke bandara, Eugene yang sedang menyetir penasaran. Mengapa bos nya dari tadi senyum-senyum sendiri di belakang. ‘’Apa ada sesuatu yang menarik Tuan?’’ tanyanya yang memecah keheningan. Ia tersenyum. ‘’Putriku sudah menerima hadiahnya, kau pintar memilihkannya.’’ Eugene hanya tersenyum mendengar perkataan tuannya. Padahal, ia hanya mendapatrekomendasi dari karyawan yang bekerja di toko tempat ia membeli kalung itu. Bukan karena dia mengetahui apa yang disukai putri bosnya. Kalung model itu sedang ramai digunakan oleh wanita kelas atas. Eugene bekerja dengan keluarga Hoover Sejak Istri Hoover mengandung Elen tujuh bulan. Hingga saat ini, Elen berusia delapan belas tahun dan Nyonya Besar sudah tiada. Ia tetap mengabdikan dirinya kepada keluarga kecil itu. Saat mereka sedang asik mengobrol, Hoover mendapat panggilan masuk. ‘’Selamat malam, baiklah. Aku sudah di perjalanan.’’ Hoover menjawab panggilan dari Daren. Ketua dan pendiri Five Erland. Mereka akan mengadakan rapat penting di sana. *** Elen yang sangat bosan sendirian di rumah, memutuskan untuk pergi keluar. Menggunakan short dress tidak berlengan dan membawa handbag. Semua serba hitam, termasuk flat shoes yang di gunakannya. ‘’Ann, aku akan keluar. Jangan menungguku.’’ Dia memberitahukan kepergiannya kepada Ann agar tidak menunggunya pulang. Berjalan pelan menghirup keramaian sambik menikmati sebuah es krim cone rasa vanilla adalah salah satu cara untuk menghilangkan kesepiannya. Melihat kendaraan lalu lalang, menikmati konser musisi jalanan, juga keadaan di sekitarnya. Sangat menyenangkan baginya. ‘’Ayah, pulanglah cepat. Aku sendirian di tempat yang sesak akan keramaian ini.’’ Lirihnya pelan. Waktu menunjukkan pukul 22.00, namun ia terus menyisiri jalanan seorang diri. Saat menoleh ke sebuah toko baju, ia melihat kemeja pria berwarna sama seperti permata di kalungnya. Elenpun langsung masuk ke dalam store untuk melihat kemeja itu. ‘’Ayah pasti akan menyukainya.’’ pikirnya. Saat mengambil kemeja dari tempatnya, seseorang juga memegang kemeja itu dengan cepat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.3K
bc

PLAYDATE

read
118.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.3K
bc

My Secret Little Wife

read
95.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook