bc

Our Fate

book_age0+
12.3K
FOLLOW
222.9K
READ
second chance
arranged marriage
tomboy
sensitive
CEO
boss
drama
sweet
bxg
EXO
like
intro-logo
Blurb

CERITA DALAM BAHASA INDONESIA

Christina Alicia Santoso

Lulusan salah satu universitas design terkemuka di Singapore melalui beasiswa. Pintar dan Cerdas. Workaholic yang tidak peduli pada lawan jenis. Tomboy. Cuek. Cantik. Nyaris tidak pernah memakai make-up. Anak pengusaha sukses. Hobi menumpahkan seluruh perasaan lewat design yang dibuatnya. Designer Interior yang cukup terkenal.

Bagi Alice, pertama kali melihat Nathan, oke, cowo ini keren. But that's it! Tidak menarik ataupun membuat Alice tertarik dan Alice tidak akan mau menghabiskan hidupnya dengan Nathan.

Nathaniel Stephans Prasetya

Putra pertama dari pengusaha terkemuka. Memulai bisnisnya sendiri dari nol dan berhasil. Perusahaan yang didirikannya kini sukses. Lulusan dari Universitas di Amerika dalam waktu kurang dari 4 tahun dan memperoleh gelar MBA dalam satu setengah tahun. Perfeksionis. Selalu berusaha mencapai apa yang diinginkannya. Selalu mengikuti keinginan orang tua. Punya dua adik yang disayanginya.

Pertama kali bertemu dengan Alice, langsung kesal karena keterlambatan Alice. Gak bakal cocok, itulah pikirnya. But, demi kebaikan dan kebahagiaan orang tuanya, harus ngejalanin perjodohan ini.

WARNING!

Penggunaan Bahasa Inggris dalam jumlah banyak

Bila ada kesamaan cerita, nama, tempat, kejadian, pengalaman, suasana, lokasi, latar, sudut pandang, watak, dan semua-muanya maka itu hanyalah kebetulan belaka soalnya ini cerita hasil mimpi di siang bolong dan bayangan sebelum tidur saya :)

chap-preview
Free preview
Prologue : Unlucky Me
ALICE Aku hanya bisa duduk diam dengan mulut ternganga, tak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar. Di hadapanku, orang tuaku duduk serius. Ok. Jadi begini pembicaraannya beberapa menit yang lalu. "Alicia, saat ini kamu sudah umur 25 tahun. Dan sama sekali belum memperkenalkan seorang pacar pun. Apakah kamu sudah punya sejak tiga minggu lalu?" tanya papa saat aku datang untuk makan malam Bersama mereka. "Eh... belum sih." Jawabku ragu, tahu arah pembicaraan ini. "Kenapa memangnya?" "Jadi, papa dan mama memutuskan untuk menjodohkan kamu." Putus papa sepihak. "WHAATT?!!" Teriakku tanpa sadar, mulutku menganga lebar selama beberapa detik. "Ini demi kebaikan kamu, tentu saja laki-laki yang papa mama pilih adalah yang terbaik. Kamu gak akan nyesel deh." Kata mama meyakinkan. "Hell no! Emang aku bilang kalo aku belum punya pacar, tapi bukan berarti aku mau di jodohin! Mending perawan seumur hidup deh kalo gini caranya!" Ok, marah ke orang tua yang udah ngebesarin lo tuh salah, sangat salah. Salah gue juga sih karena di pertemuan yang lalu dengan mereka, gue kelepasan bicara kalo belum punya pacar. Tapi sekarang udah gak jaman lagi yang namanya jodoh-jodohin anak. "Hush, Alice, kamu kan anak kami satu-satunya, mama kan juga mau punya cucu." Rayu mama, cucu? What the... gue bahkan belum punya pacar. Kemudian, lanjut mama, "Coba aja kenalan dulu, saling mengenal satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang, kan?" Suara mama yang memelas seperti itu adalah kelemahanku. Yap, gue nyerah. "Kalo gak cocok perjodohannya batal kan? Aku gak mau nikah sama orang yang gak aku suka." Ujarku mengalah, tapi tetap dengan pengecualian. "Tentu saja." Jawab kedua orang tuaku senang, tanpa memikirkan baik-baik ancamanku. "Well, kalo gitu aku balik dulu deh." Aku beranjak dari kursi ruang makan. "Eits, besok luangkan waktu makan siang, kita ketemu sama calon kamu." Kata papa, membuat mataku membelalak kaget. "Secepat itu?! Besok hari kerja pa, aku sibuk!" protesku. "Pokoknya besok, di resto langganan papa mama." Papa tetap kokoh sama kemauannya. Aku meniup poniku kesal, "Fine. See you tomorrow." aku meninggalkan mereka yang terlihat senang karena gue menerima perjodohan ini. Wait, menerima? Hell no! Pokoknya perjodohan ini harus batal. Bagaimanapun caranya. NATHAN "Hi, Dad! Tumben ke kantorku, kenapa gak telpon aja, biar aku yang ke kantor Dad?" tanyaku yang kaget dengan kedatangan Dad yang tiba-tiba. Aku berdiri dari kursiku dan menuju ke arah sofa yang sudah diduduki Dad beberapa detik sebelumnya. "Ada hal penting yang mau Dad bicarakan, Nate." Ujar Dad, menegakkan tubuhnya. Walau usianya sudah pertengahan lima puluh, Dad masih memiliki karisma yang selalu kukagumi. "What's wrong? Any problem?" tanyaku khawatir, tidak pernah Dad mendatangiku seperti ini. "Ini soal, ehem, perjodohan." Jawab Dad. Wait! Jodoh? Dad menjodohkanku? "What? Dengan siapa?" tanyaku bersiaga. "Teman Dad sejak SMA punya anak perempuan, usianya lebih muda setahun darimu, mungkin dua tahun. Masih lajang. Lulusan sekolah design di Singapura, sekarang jadi Interior designer yang cukup populer. Cantik. Bagaimana menurutmu?" jelas Dad. "I don't know, Dad. Saat ini aku mau fokus dengan perusahaanku dulu. Masih mau ngembangin perusahaan ini." Elakku, tidak mau berurusan dengan makhluk pembawa masalah yang suka berpura-pura lemah. "Coba dulu temui dia. Ok?" Dad meyakinkan, seolah aku belum mengatakan apapun tadi. "Well, if that makes you happy, I will. But, I won’t promise anything." Gumamku. "Kalo gitu, besok jam 12 siang di Sonata Resto, on time." Kata Dad menekankan kata on time. "I'm always on time, Dad." Keluhku, malas diberitahu hal yang sudah jelas tidak akan terjadi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

Living with sexy CEO

read
277.5K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.6K
bc

Marriage Agreement

read
590.3K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
659.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook