bc

LADY SENORA

book_age18+
12
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
drama
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Lady Senora Vermilion dikenal sebagai bunga dari kekaisaran. Kesempurnaan seolah menyelimuti kehidupannya. Setiap laki-laki akan jatuh cinta dan setiap perempuan akan iri dengan posisinya.Ya, begitulah pandangan semua orang. Tidak ada yang tahu dengan satu kenyataan bahwa Senora menjadi wanita simpanan seorang Putra Mahkota, Isandro Agares Lionel. Keadaan mendorongnya melakukan hal hina itu. Semuanya berawal dari kata 'tidak punya pilihan'.Hubungan mereka semakin pelik saat Senora harus menikah dengan Duke Rion Alastair atas usul sang Kaisar.Senora yang berusaha mengakhiri dan Agares yang tetap ingin menjadikan Senora sebagai mainannya.Bagaimana benang kusut dalam kisah ini akan terurai?

chap-preview
Free preview
Lady of Lionel
"Ibu, sepertinya keluarga Marquess Adler akan mengadakan tea party. Teman-teman ku diundang. Tapi kenapa hanya aku yang tidak?" Gadis dengan tahi lalat kecil di dagu itu menatap sinis pada gadis lainnya yang tengah menyantap hidangan makan malam. "Mereka justru mengundang anak sombong ini!" lanjutnya menukik tajam. Orang yang dipanggil Ibu tak bersuara. Ia memilih abai dari pada denyut di kepalanya semakin menjadi. "Ibu!" sahut Delina meninggikan suara karena merasa diabaikan. "Delina.... sudah ibu peringatkan berapa kali. Jangan mengacau saat--" "Rosaline!" panggil satu-satunya lelaki di meja makan ini. Dia adalah kepala keluarga Vermilion, Aslan Vermilion. "I-iya?" jawab Rosaline kikuk. "Kamu tahu apa kesalahan mu?" "A-aku akan mengajarkan Delina lebih baik lagi. Suami ku.... tolong kemurahan hati mu. Kau tahu kan kalau Delina telat mempelajari etiket bangsawan." "Hah! Ajari dia lebih giat lagi!" Pria paruh baya itu melirik anak gadis berusia sembilan belas tahun yang tampak anteng tak mengkhiraukan keributan. Ia pun tersenyum bangga dengan gadis yang di nadinya mengalir darahnya. "Contohlah Senora. Dia adalah panutan yang pantas," sorotnya beralih ke Delina. "Jangan kecewakan Ayah, Delina!" "B-baik A-ayah...." Segaris senyum tipis diam-diam mengembang. Menikmati kebodohan di meja makan ini. Ah, sudah berapa kali Senora melihat hal serupa? Delina yang akan cemburu dengan pencapaian Senora dan akan mengadu ke Ibunya. Oh tentu saja, Rosaline pun tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ditanya kenapa? Jawabannya sudah pasti bukan? Karena Senora membawa kebanggaan buat keluarga ini. Bagai bunga yang sedang mekar. Harumnya membuat para lelaki berbondong mengirim lamaran. Kecantikannya tak diragukan. Kulit seputih salju dan rambut coklat keemasan yang akan berkilau jika terpantul cahaya matahari. Tak hanya itu, kecedasannya pun sudah diakui keluarga kekaisaran dan mendapat gelar Lady of Lionel. Lionel sendiri adalah nama dari kekaisaran ini. Yang artinya, Senora menjadi puncak panutan bagi para Lady yang ada. Ah, siapa yang tidak iri dengan hidup Senora. Saat ini ia sedang berada di puncak. "Ayah, jangan terlalu menekan Delina. Ibu benar, sejak dulu Delina tumbuh di lingkungan rakyat biasa. Mempelajari etiket bangsawan di usia yang tidak muda lagi itu sangat sulit. Ku harap Ayah memakluminya," tutur lembut Senora. Oh tentu saja itu hanya gimmick supaya ia mendapat pujian. Karena bagaimana pun kepala keluarga Vermilion masih dipegang oleh Aslan Vermilion. Senora tidak bisa bertindak semaunya. Walaupun sebenarnya, ia lah penerus sah kepala keluarga selanjutnya. Banyak hal yang telah Senora lalui setelah Ibu kandungnya meninggal dua tahun yang lalu. Tiba-tiba Ayahnya membawa pulang seorang wanita dan anaknya. Tanpa tahu malu Aslan meminta Senora untuk menerima Rosaline dan Delina menjadi keluarga barunya. Baiklah, saat itu Senora tidak keberatan. Ia memaklumi sang Ayah yang harus memiliki seorang pendamping. Senora pun menyetujui pernikahan mereka. Ya! Sampai Senora berakhir seperti orang bodoh ketika Delina dan Rosaline memberitahu bahwa Aslan telah menjalin hubungan gelap dengannya. Bahkan saat Ibu kandung Senora masih hidup. Delina lah bukti dari cinta mereka secara diam-diam. Senora mengendurkan senyumnya sejenak. Ah, sial! Ingatan pahit tentang mendiang Ibu kandungnya terlintas kembali. Senyum tulus yang masih kental di ingatan Senora membuat tubuhnya mengerjang. Tidak bisa! Senora harus pergi dari kumpulan binatang serakah ini. Ia mual tiap kali makan bersama mereka. "Ayah, Ibu, aku izin ke kamar duluan. Tolong maafkan ketidaksopanan ku ini. Besok aku harus mempersiapkan diri ke acara tea party putri Marquess Adler. Mohon kemurahan hati Ayah dan Ibu untuk mengizinkan ku," dusta Senora seraya menunduk sopan. "Oh baiklah, kau boleh pergi." "Terimakasih Ayah." Hendak berjalan, langkah Senora terpaksa berhenti berkat seseorang. Tidak lain adalah Aslan. "Senora, aku lupa bilang hal ini. Mungkin Yang Mulia Kaisar akan menjodohkan mu dengan seseorang. Kau harus menerimanya. Kau mengerti?!" "...." Diam sejenak. Bagaimana bisa Senora pernah berpikir di ingatan masa kecilnya bahwa laki-laki b******k ini adalah figure seorang Ayah yang baik? Itu hanya sandiwara! Wajah iblisnya kentara saat Ibu telah tiada. "Baik Ayah," jawab Senora dengan senyum palsu. Sekali lagi ia menunduk hormat kemudian berbalik. Seiring langkahnya menjauh senyum di bibirnya menghilang. Digantikan tatapan tajam penuh kebencian. "b******k!" Jajaran lukisan menemani setiap langkah Senora menuju kamarnya. Warna cream berpadu padan dengan barang-barang antik yang telah menghuni mansion ini. Di ujung koridor adalah kamar Senora. Kamar yang sempat ditempati Delina beberapa waktu ketika dirinya baru datang kemari. Lihat kan betapa brengseknya dua hama itu? Sejak kedatangan mereka rumah ini terasa asing untuk Senora. Beebrapa furniture diganti. Perombakan ulang pada bagian tertentu bangunan. Dan masih banyak lagi. Senora tidak berdaya saat itu. Ia bahkan mengalah dan memberikan kamar utama miliknya yang sudah ditempati sejak bayi. Tapi sekarang Senora tidak selemah dulu. Ia berhasil mendapatkan kamarnya kembali. posisinya yang sempat goyah berkat kelicikan Delina dan Rosaline tak lagi berlaku. Kini Senora yang mengatur. Karena sejak awal, dirinyalah yang berhak! Lembutnya sprei lapis bulu domba yang diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk berkualitas tinggi membuat Senora menggerakkan jemarinya ke kanan dan kiri. Setelah memasuki kamar, ia rebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Tatapannya menyendu menyorot langit-langit kamar. Ah, di sini banyak kenangan bersama Ibunya. "Ibu..." gumam Senora. "Apa aku bisa melewati ini semua tanpa mu?" Tok Tok Tok Perhatian Senora teralihkan. Ia menatap pintu besar di ujung sana. "Nona, saya membawakan s**u dan madu untuk Nona," ucap seorang wanita. Dari nada suaranya Senora sudah yakin kalau dia seorang pelayan. Yah, ini memang sudah kegiatan rutin. Sebelum tidur Senora harus repot-repot meminum s**u yang tidak ia sukai. Semuanya atas titah Aslan. Karena ia beranggapan s**u akan membawa pengaruh baik untuk kesehatan Senora. Dan hal itu akan lebih menguntungkannya. Karena bagi Aslan, seorang anak tak berguna apapun selain menjadi investasi jangka panjang. "Masuklah." Nampan dengan sajian s**u dan madu tersaji di hadapan Senora. Seperti biasa, si pelayan menunggu Senora menghabiskan susunya dan akan kembali dengan gelas kosong. Madu murni itu dituang perlahan oleh tangan Senora. Hanya untuk formalitas. Aslinya, Senora tidak peduli. Mau sedang atau banyak madu itu dituang, rasa s**u tetaplah tidak enak di mulutnya. Hangatnya segelas s**u dalam gelas porselin motif bunga wisteria menerpa telapak tangan Senora. Ia menghirup sebelum benar-benar meminumnya. Yah, setidaknya Senora masih menyukai aroma s**u dibanding rasanya. Matanya mengerjap. Sekilas ia mendapati raut muka pelayan wanita di depannya. Seringai Senora mengembang. Ah, ada sesuatu di s**u ini ternyata! Bagaimana Senora bisa tahu? Tentu saja berkat kewaspadaannya yang terbentuk semenjak dua hama itu mengambil alih mansion ini. Lalu si pelayan itu tidak pandai menjaga ekspresi. Senora dapat melihat jelas keringat di pelipisnya. Padahal udara malam cukup dingin. Jarak antara dapur dan kamar Senora pun tidak seberapa jauh. Seolah dirinya sedang dilanda ketakutan sebab taku ketahuan. Ah, Senora jadi ingin memanfaatkan pelayan ini. Sepertinya dia cukup polos untuk dijadikan bidak. Dasar Delina! Dia tidak pandai memilih pelayan yang berpengalaman melakukan hal-hal seperti ini! batin Senora. Jujur saja, tak ada satu pun pelayan yang berpihak pada Senora. Ia pernah bilang bukan? Mansion ini tampak asing. Sebab, bukan hanya interiornya saja yang diubah. Pelayan lama pun banyak yang ditendang keluar. Setahun pertama tinggal bersama mereka adalah neraka bagi Senora. Siksaan verbal, fisik dan kerap kali Delina menaruh sesuatu di makanan Senora hingga ia harus dirawat. Mirisnya, Aslan tidak menaruh kepedulian sama sekali. Ia justru menatap nanar tanpa melakukan apa pun. Ah, di pikir berulang kali pun, Senora tak bisa menerima dalam dirinya mengalir darah laki-laki b******k yang telah memanfaatkan Ibunya. "Hei...." panggil Senora. "Iya Nona?" "Nama mu siapa?" "Ke-kenapa Nona ingin tahu nama ku?" tanyanya kikuk. Dengan membawa segelas s**u hangat itu, Senora mengkis jarak. Perlahan mendekat sampai bibirnya tepat di samping telinga pelayan itu dan berbisik. "Apa yang kau taruh di s**u ini?" DEG! "...." Pelayan itu bungkam. Matanya membelalak sempurna. Ah, benar kan? Pelayan ini tidak bisa menjaga ekspresinya. Cukup sulit juga untuk dimanfaakan. Sudah dipastikan dia akan ketahuan dan berakhir. Tapi karena Senora menyukai keplosannya. Ia akan melatih pelayan ini dengan baik. Sedikit gertakan mungkin akan membuatnya terancam. "Kau tahu hukuman bagi pelayan yang ketahuan mencoba meracuni majikannya?" Senora sengaja menjeda kalimat. Ia sodorkan segelas s**u dihadapannya lalu berujar. "Kau akan dieksekusi di hadapan pelayan lain sebagai peringatan. Lalu... karena aku memiliki gelar kehormatan Lady of Lionel. Mungkin kekaisaran akan menjatuhi pengasingan untuk keluarga mu." "Apa kau sanggup menerima itu?" Setitik air mata lolos begitu saja. Kaki yang tidak bisa menopang berat badannya itu seketika luruh. Pelayan itu bersimpuh di depan Senora seraya merancau minta pengampunan. "Maafkan aku... ku mohon maafkan aku. I-ini bukan salah ku. A-aku hanya disuruh. Nona... jangan hukum aku. Semua ini suruhan Nona Delina. Aku hanya bertugas mengantarkan saja." "Ah, sudah ku duga," Senora menaruh gelas s**u itu sebelum mensejajarkan diri. "Baiklah akan ku beri kau pilihan. Bersumpah setia pada ku atau mati sebagai kriminal?" "A-ku akan menjadi bawahan mu. Aku akan setia pada mu!" rengek pelayan itu. "Bersumpahlah atas nama Dewa!" seru Senora. Di kekaisaran ini menganut kepercayaan Dewa sebagai Tuhannya. Rakyat sangat menjunjung tinggi dewanya. Sehingga sumpah yang mengatasnamakan Dewa adalah sumpah tertinggi yang tidak bisa dilanggar. Pelayan itu menelan kasar salivanya. Ia tidak menyangka. Sosok yang digadang sebagai bunga dari kekaisaran memiliki sifat tersembuyi seperti ini. Tangan pelayan itu perlahan terangkat. "Sa-saya.... Caroline Belawa dari keluarga baron Belawa akan bersumpah setia kepada No-Nona Senora Vermilion. A-atas nama Dewa, s-saya tidak akan mengkhianati majikan saya." "Seumur hidup," lanjut Caroline seraya bulir air mata itu jatuh melebur di lantai. Seringai licik itu tampak mengembang sempurna. Mata hazel yang sedikit menyipit seolah menyala terang dan berpadu dengan sinar rembulan. "Aku menerima sumpah setia mu." Uluran tangan senora suguhkan. Caroline dengan wajah cengo berhati-hati menerimanya. Dua wanita itu kembali berdiri tegak. Tak lama Caroline dititahkan untuk kembali. sebelumnya Senora telah mengambil siasat agar Caroline selamat dari amukan Delina. Ya, Senora menyuruh Caroline menyampaikan bahwa s**u itu sudah di minum. Besok pagi, Senora akan berpura-pura kesakitan dan mangkir dari acara tea party Marquess Adler. "Sebegitunya kau ingin pergi ke acara itu ya, Delina?" gumam Senora. "Baiklah, akan ku turuti kemauan mu." Ia mengambil selembar kertas dan pena beserta tintanya. Menulis beberapa baris tulisan yang isinya sebagai permintaan maaf karena tidak bisa datang. Lalu, Senora akan membuat Delina menjadi penggantinya di acara itu. Senyum Senora mengembang. Bersamaan dengan itu amplop dengan stampel khusus miliknya telah selesai. "Wah, kau akan menghancurkan mental sesorang dengan amplop itu." DEG! Suara ini?! Just Fyi Bangsawan itu ada beberapa tingkat. Hirarkinya kayak gini, mulai dari yang tingkat tertinggi ya. 1. Kaisar 2. Raja 3. Duke (Adipati) 4. Marquis 5. Count 6. Earl 7. Viscount 8. Baron

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
474.5K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
521.1K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
613.6K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
473.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook