bc

Jerat Masa Lalu

book_age18+
768
FOLLOW
2.4K
READ
dominant
manipulative
badboy
drama
evil
faceslapping
polygamy
naive
sacrifice
Neglected
like
intro-logo
Blurb

Diandra begitu takut saat mendapati hasil testpacknya menunjukan dua garis merah, padahal ia sudah putus dengan kekasihnya sejak bulan lalu. Usianya bahkan belum genap dua puluh tahun. Diovano, pria yang ia yakini sebagai ayah dari janin yang dikandungnya kini telah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.

Diandra makin kelimpungan. Keluarganya tak lagi menerima karena dianggap aib. Diandra mendesak Dio agar mau menikahinya. Ia rela jadi madu meski hanya untuk menjaga statusnya.

Hubungan Diandra dan Diovano tak berlangsung lama. Keduanya bercerai dan Diandra memutuskan untuk pergi jauh dari kampungnya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan pria yang jatuh hati padanya. Sulit untuk Diandra kembali membuka hati namun pria itu tak menyerah. Saat Diandra mencoba menerima, fakta mengejutkan ia dapatkan di pernikahan keduanya.

Akankah Diandra bangkit dari trauma masa lalunya?

chap-preview
Free preview
1 :: Menuntut Janji
Langit mendung menyembunyikan mentari sejak pagi. Ramalan cuaca menyebutkan hujan badai akan turun hari ini. Meski begitu jalanan tetap ramai. Diandra menyusuri jalanan dengan menjinjing payung. Sudah siap siaga jika hujan turun. Tatapan matanya sendu. Wanita itu menghela nafas berkali-kali sesekali menatap langit. Air mata menggenang namun tak dibiarkan untuk keluar. Diandra memasuki salah satu cafe. Ia sudah membuat janji hari ini. Langkahnya ragu. Diandra langsung menuju meja kasir. Memilih kentang goreng, coklat hangat dan kopi s**u sebagai pesanan. Tak enak jika hanya pesan minuman saja sedang ia berencana untuk membicarakan hal serius sore ini. Kursi paling ujung dekat jendela menjadi incarannya. “Apa-apaan ini kamu mengajakku bertemu tiba-tiba? Belum move on ya?” goda seorang pria yang baru saja datang. Pria itu mengedipkan sebelah matanya membuat kerinduan yang selama ini mendera terbalaskan. Pria itu dengan santai menyeruput minuman di depannya. Diandra menatap dalam pria di depannya. Diovano adalah pria yang pernah menjadi kekasihnya. Setidaknya sampai bulan lalu. Senyum Diandra tertahan, hatinya penuh kekhawatiran karena yang akan disampaikan belum tentu akan diterima dengan baik oleh pria di depannya. Tangannya bergerak gelisah. “Mas apa kabar?” tanya Diandra memulai dengan basa-basi. Sedikit canggung. Diovano mendongak dan mengendikan bahunya. “Seperti yang kamu lihat, aku sangat sehat dan baik sekarang. Kalau dilihat dari runtutan jalan hidupku. Saat ini adalah masa kejayaanku,” ucap Diovano dengan senyum sumringah. Tubuhnya yang dulu kurus kering kini lebih berisi, kerutan di wajahnya bahkan tak lagi nampak. Diandra tersenyum getir. Keberaniannya kian pudar. “Kamu sendiri apa kabar? Bertemu diam-diam seperti ini membuatku merasa jahat. Aku seperti sedang selingkuh sekarang, padahal Citra merawatku dengan sangat baik,” tambah Diovano terkekeh kecil sembari melepas jaket dan kembali menyesap minuman di depannya. Citra adalah istri pria di depannya. Wanita yang menyelinap masuk dalam dunia percintaan mereka dan mengambil alih Diovano. Hubungan Diandra dan Diovano kandas karena orang tua Diovano lebih memilih Citra dengan dalih masa depan yang cerah. Siapa yang mampu menolak gadis berparas cantik dengan pekerjaan idaman? Pegawai negeri sipil dengan jaminan pesangon adalah pekerjaan Citra. Orang tuanya pengusaha mebel yang memproduksi dalam skala besar dan pemasarannya bahkan menjangkau beberapa negara tetangga. Juragan mebel, begitulah orang lain menyebutnya. Diandra tak memiliki pilihan lain selain merelakan. Siapa pula yang mau hidup tanpa restu. Pria itu bahkan tak ada usaha untuk mempertahankannya, Memilih pergi dan meninggalkan Diandra seorang diri. Ah tidak! Tidak benar-benar sendiri. “Mas menceritakan dia dengan begitu semangat, aku cemburu. Padahal wanita yang pernah Mas bangga-banggakan selama bertahun-tahun ada di depan Mas.” Diovano terkekeh kecil, tak menyangkal penuturan Diandra. “Aku minta maaf, pesonaku memang sulit untuk dihilangkan. Kamu sampai belum move on gini. Mau kukenalkan dengan teman-temanku? Mereka cakep-cakep lho,” tawarnya menaikan sebelah alisnya. Diandra menunduk dengan tangan mengepal. Dari nada bicaranya, terdengar seolah ia sedang direndahkan. Diandra memilih bungkam tak menjawab, ia memandang lekat pria di depannya. Seulas senyum tipis terukir di bibir Diandra, mencoba menguatkan dirinya dengan kedua tangan yang mengepal kuat mencoba mengumpulkan keberanian seperti yang sudah ia latih di depan cermin. “Aku datang untuk memberikan ini.” Diandra menyodorkan tangan yang menggenggam sesuatu. Dalam hitungan kelima di tangannya membuka, dua buah alat test kehamilan ditunjukan dengan dua garis merah. Sontak Diovano pun mendelik, ia menatap lawan bicaranya yang masih bungkam. Tanpa kata-kata Diovano sudah paham maksud dari dua garis yang ada di depannya. “Jangan bilang ka─” Diovano tercekat. “Iya. Aku hamil, anakmu.” Bahunya terguncang. Diovano tergelak mendengar ucapan Diandra yang tak ubahnya seperti lelucon. Berbanding terbalik dengan Diandra yang kian menciut. Baru sebulan keduanya putus setelah Diovano memutuskan untuk menikahi wanita pilihan orang tuanya. Diovano mendorong tangan Diandra, tak percaya dengan yang dilihatnya. “Jangan bercanda, kita tak seintens itu melakukannya. Lagipula apa yang kamu harapkan dari ini. Uang? Kamu pikir aku punya? Aku saja belum mencicip gaji pertamaku.” Diandra menggelengkan kepala cepat. Uang? Bukan itu tujuannya. Bukan itu yang Diandra inginkan. Ia mendongakan kepala. Menatap lekat dan berani pada Diovano yang kini juga menatapnya dengan sengit. “Tanggung jawab Mas. Nikahi aku dan jadi ayah dari bayi yang kukandung.” tekan Diandra penuh penegasan. Ia tak boleh terlihat lemah saat ini, begitulah cara memperjuangkan. Seringai Diovano muncul, meremehkan. Tak menggubris serius ucapan mantan kekasihnya. Tawanya menggelegar tiba-tiba dengan kedua tangan yang bertepuk. Diovano menyilangkan kaki dan melipat kedua tangannya. Helaan nafasnya saja begitu jelas jika pria itu tengah mengejeknya. “ Dengar sayang! Aku cukup yakin kamu tidak hanya melakukan denganku. Sebelum kamu melakukan denganku, kamu pernah melakukan dengan orang lain. Benarkan? Oh ayolah, kamu bahkan bukan perawan. Minta orang lain saja untuk tanggung jawab. Aku angkat tangan.” “Tapi bayi dalam kandungan ini anakmu Mas. Aku berani bersumpah.” “Gugurkan saja. Sumpahmu tak membuat aku ingin menikahimu, hubungan kita sudah berakhir, seharusnya kamu menyadari itu. Kamu juga yang paling tahu apa yang sudah kudapat setelah menikah. Aku dapat pekerjaan dari ayah mertuaku, aku juga tinggal di rumah yang nyaman sekarang. Aku ga mungkin menikahimu dan mengajakmu tinggal di rumah yang dibangun istriku. Bahkan jika bayi dalam kandungan itu anakku, kamu pikir aku peduli?” Diovano tersenyum remeh. “Tidak sayang, aku tidak menginginkannya.” Diandra mengepalkan tangannya kuat. Tentu saja ia tahu alasan itu. Diovano mau menikahi wanita pilihan orang tuanya karena keuntungan yang dijanjikan dan saat ini, keuntungan itu telah ia dapat. Belum lagi paras Citra yang lebih cantik daripada dirinya. Meski begitu, Diandra ingin Diovano bertanggungjawab. Ia tak bisa membiarkan bayi dalam kandungannya tumbuh tanpa ayah. Ia juga tak mau menjadi ibu tanpa suami. Memalukan! Ia tak mau menanggung itu sendirian. “Mas ... aku mohon! Aku janji ga akan menuntut apapun. Hanya nikahi aku. Orang tuaku akan marah besar jika tahu aku hamil, tetangga juga pasti akan bergunjing. Aku ga mau itu sampai terjadi Mas, tolong.” “Hanya nikahi katamu?! Dengar sayang ... Aku bahkan belum dapat gaji bulan ini dan kamu minta aku nikahi kamu? Gugurkan! Itu jauh lebih mudah untukmu dan untukku juga. Biaya mengurus anak juga tidak sedikit. Pikirkan itu!” Diandra menggelengkan kepalanya kuat. Mendekat ke arah Diovano dan memeluknya erat berharap pria itu luluh dan mau mengikuti keinginannya. “Sayang ... bahkan jika harus memiliki dua istri, bukan sekarang waktunya. Setidaknya tunggulah lima atau enam tahun lagi. Jadi berhentilah menggangguku.” Diovano melepas pelukan Diandra. Mengunci kedua tangan itu dan menghempasnya. “Saat ini aku tak mau menikahimu,” ujarnya tegas. Pria itu berlalu begitu saja, kembali meninggalkan Diandra. Air mata mengalir deras tanpa bisa di cegah. Ia mencengkram kuat perutnya. Gugurkan? Ia juga memikirkan itu sebelumnya, namun ia tak berani. Diandra menatap keluar jendela. Hujan turun. Manik matanya menatap punggung pria yang lari terbirit menuju mobilnya. “Dia bahkan naik mobil sekarang,” gumam Diandra menertawakan dirinya. Kehidupan begitu cepat berubah. Bulan lalu, ia masih merasakan hubungan yang manis dengan Diovano, berkencan selama dua tahun dengan canda, tawa dan pertengkaran kecil di dalamnya. “Citra ... Aku harus menemui orang itu. Dia tak mungkin menolak jika tahu ceritaku.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
627.4K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.7K
bc

Revenge

read
15.8K
bc

BELENGGU

read
64.6K
bc

After That Night

read
8.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.6K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook