bc

Anakku Pahlawanku

book_age4+
0
FOLLOW
1K
READ
arrogant
kickass heroine
self-improved
confident
bold
brilliant
genius
passionate
selfish
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Fariz adalah anak sulungku yang sejak kecil sudah ku kenalkan arti tanggung jawab, saat ini usianya 9 tahun. Fariz benar-benar bertanggung jawab baik di rumah ataupun di sekolah.

Dirumah dia bertanggung jawab atas diriku dan adiknya saat ayahnya pergi bekerja. tak jarang juga dia melawan ayahnya demi membelaku dan adiknya saat ayahnya mulai emosi , farizlah yang maju lebih dulu di depanku saat ayahnya memarahiku.

chap-preview
Free preview
Bab 1
“ Ayah jangan marah-marah sama bunda “ ucap anak sulungku kepada ayahnya yang sedang membentakku hanya karna rumah yang terlihat berantakan saat dia pulang bekerja. “ Abang gak usah ikut-ikutan, ini urusan orang tua. Abang masuk kamar aja sana.” Bentak Mas Yana pada anak sulungku itu. “ Jangan bentak-bentak abang, mas. “ Jawabku kesal pada suamiku itu. “ Ibu sama anak sama saja, selalu mancing emosi orang.” Ucap Mas Yana dengan intonasi yang semakin dia tinggikan. Aku dan anak sulungku hanya diam tak menanggapi, kami langsung masuk kamar, dan itu memancing emosi Mas Yana hingga dia memukul pintu kamar dengan keras. “ Maafin ayah ya nak, ayah lagi emosi. Kalau gak emosi kan ayah gak akan bentak abang.” “ Kan ayah yang bentak abang, kok bunda yang minta maaf ? harusnya ayah yang minta maaf sama abang.” Jawab anakku dengan muka tertunduk lesu. “ Nanti kalau emosi ayah sudah mereda ayah pasti minta maaf sama abang.” “ Bohong, ayah mana pernah minta maaf duluan, selalu kita yang minta maaf duluan walaupun ayah yang salah.” Ucap anakku lemah dengan raut wajah kecewanya. “ Sudah abang istirahat aja di kamar, biar bunda yang beberes di depan.” Ku ucapkan lembut pada anakku. “ Abang bantu ya, bunda ?” “ Gak usah abang di sini aja temanin adik, sekalian abang ikut adik tidur siang sana!.” “ Yasudah. Bunda kalau sudah selesai cepat kesini lagi ya.” Aku mengangguk mengiya kan ucapan anakku itu. Di ruang tamu aku tak menemukan suamiku, entah kemana dia pergi setelah memarahiku dan anakku. Akupun mulai membereskan rumah yang menurutku sebenarnya sudah cukup rapih, hanya perlu di sapu sedikit karna pasir yang berjatuhan dari mainan anak bungsuku. Setelah rumah bersih Mas Yana pulang. “ Ambilkan aku makan !” “ Ya, Mas.” Jawabku sambil berjalan menuju dapur. “ Buatkan kopi.” Kata suamiku saat dia baru saja sampai di meja makan. Aku hanya mengangguk lemah. “ Mana abang tadi ?” tanya suamiku tiba-tiba setelah dia menghabiskan makannya. “ Ada di kamar, mungkin sedang tidur siang” jawabku asal. “ Jangan di ajarkan anakmu itu untuk membantahku , aku tidak suka, jangan sampai aku lepas kandali karna ulahnya itu.” Aku mengangguk lemah, memang suamiku ini kerap kali lepas kendali saat marah hingga memukulku. Tapi tidak akan ku biarkan dia melakukan hal yang sama pada anakku. “ Heh, kok melamun ? dengar gak apa yang aku bilang barusan ?” “ Dengar, mas.” Jawabku lemah. Aku lekas ke kamar meninggalkan Mas Yana. ** Namaku Dela Atmawijaya, aku seorang ibu dari 2 anak laki-laki yang begitu menjaga dan melindungiku, fariz dan faiq nama anakku. Suamiku, Mas Yana seorang karyawan lapangan di sebuah perusahaan swasta, karna kerja lapangan Mas Yana sering pulang sesuka dia, kadang masih pukul 10 pagi dia sudah pulang,kadang jam 2 siang, atau kadang pula jam 9 malam baru pulang . Jujur aku senang dia pulang saat sore atau malam hari, karnapada saat itu rumah pasti dalam keadaan rapih sehingga tidak menyulut emosinya. Dan aku paling sebal kalau Mas Yana pulang cepat tanpa kabar terlabih dahulu, karna pasti rumah dalam keadaan berantakan ulah anak-anak saat dia pulang, sehingga memancing emosinya seperti siang ini, dan jika sudah marah-marah saat pulang kerja, sampai malam dia akan marah terus. Semua yang aku dan anak-anak lakukan pasti salah di matanya. '' Bunda, dimana pakaian ayah ?'' tanya Mas Yana saat bersiap ke kantor pagihari. ''Sudah bunda siapkan di atas tepat tidur, yah '' ''Bunda, dimana perlengkapan kerja ayah ?'' '' Bunda, tas kerja ayah sudah siap kan ?” '' Bunda, sepatu dan helm ayah jangan lupa di bersihkan dulu''serentetan pertanyaan yang pasti di tanyakan Mas Yana setiap pagi saat hendak berangkat kerja. Dan masih banyak lagi yang harus aku persiapkan sebelum suamiku itu berangkatkerja. Sesungguhya aku lelah, tapi aku anggap sebagai ladang pahalaku di dunia agar menjadi istriyang berbakti pada suami, itulah pesan dari ibuku yang selalu aku ingat. ''Bunda, Abang , Adek ayah berangkat kerja dulu ya ?'' '' Ya ayah, hati-hati di jalan ya ayah, jangan ngebut ! '' Pesan anakbungsuku yang baru berusia 4 tahun pada ayahnya. Sedangkananak sulungku selalu cuek pada ayahnya, entah kenapa aku tidak tau. Bahkan kerap kali si abang tidak mau bersalaman saat berangkat sekolahataupun ayahnya berangkat kerja. " Abang ayo salaman dulu sama ayah !" Ucapku sambil mendorong anakbungsuku ke hadapan ayahnya. " Issh,, apa sih bunda dorong-dorong abang ?" "Itu loh salaman dlu ayah mau berangkat kerja." Dengan malas anakkumenyalami ayahnya, aku tersenyum tipis padanya. Setelah ayahnya berangkat aku pun iseng bertanya pada anak sulungku. " Abang kenapa sih kok cuek gitu sama ayah ?" " Abang gak suka sama ayah " " Lho, kenapa gitu, kan itu ayahnya abang, ayah kerja capek loh cari uangbuat abang sama adek, masa abang kaya gitu sikapnya ke ayah ?" " Abisnya ayah selalu ngeledekin abang sampe abang nangis, terus juga ayahkasar, kalau marah suka mukul, nendang abang, sama bunda juga suka kaya gitu,jadi abang sebel sama ayah, terus juga ayah gak pernah minta maaf kalo sudahmarahin atau mukul abang, gak kaya bunda yang minta maaf kalau habis marahinabang, bunda marah gak mukul, tapi ayah mukul, makanya abang kesel."Anakku menjelaskan semua nya panjang lebar. Akuhanya melongo mendengar penjelasan panjangnya itu. anak usia 9 tahun sudahmengerti dan banyak memahami tentang perlakuan orang lain padanya. " Tapi kan itu tanda ayah sayang sama abang, ayah kan marah juga demikebaikan abang." " ayah gak sayang sama abang, sama bunda juga gak sayang, ayah cuma sayangsama adek, abang tau itu, karna ayah selalu belain adek walaupun adek salah,ayah juga slalu sayang adek, peluk adek, dll. Kalo sama abang gak pernah, yangada malah ayah slalu bikin abang nangis, apa yang adek mau pasti di turutin,kalo abang gak pernah di turutin sama ayah." Air mataku menetes seketika mendengar jawaban anak sulungku itu. Bagaimanamungkin anak seusia ini sudah bisa menilai perlakuan orang padanya, terutamaorang tua. " Cuma bunda yang slalu sayang abang, peluk abang, denger cerita abang,nurutin kemauan abang, belain abang juga. Makanya abang sayang banget samabunda, abang janji akan slalu jagain bunda dari siapapun yang mau nyakitinbunda, termasuk ayah sekalipun, abang akan berdiri paling depan untuk menjagabunda kalau ayah mau mukul bunda." ucap fariz sambil memelukku. Aku mengangguk mengiyakan ucapan anak sulungku itu sambil meneteskan air mata,entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Aku pun sulit menjelaskan untuk membuat suamiku baik dimatanya, karna memang semua yang dia katakan benar, aku pun merasakan apa yang dia rasakan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweet Sinner 21+

read
885.0K
bc

Gairah Liar Sugar Mommy

read
43.9K
bc

Naughty December 21+

read
512.2K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Suami Jantanku

read
2.7K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook