bc

Big Is Beauty

book_age18+
106
FOLLOW
1K
READ
family
body exchange
sensitive
drama
bxg
city
office/work place
slice of life
chubby
wife
like
intro-logo
Blurb

“Jangan tanya berapa berat badan seorang perempuan. Itu hal sensitif pertama selain masalah usia. Sebab kelebihan berat badan adalah musuh utama perempuan. Bersyukurlah kalian yang diberi nikmat tetap langsing meski makannya banyak dan hobi ngemil.” – Maharani Anagata

Setidaknya kalimat panjang di atas adalah pemikiran Rani, yang tengah putus asa. Jangankan makan sesukanya, ia hanya minum air, dan bernapas saja berat badannya tetap gak pengertian. Turun enggak, tetap jarang, naik sering.

= = = = = = = = = = = = = = = =

Hai Kepow-er!

Mamak kembali mencoba untuk menyelesaikan tulisan selanjutnya yang stuck, like always sejak tahun 2016, nih. Doain lancar, sehat, kuat, dan menang, ya. Aamiin ….

Berhubung konfliknya rumah tangga, jadi di dalamnya mungkin ada konten 18+, ya. Mohon Kepow-er bijak.

That’s it! Selamat membaca, semoga bermanfaat buat kamu yang mungkin mengalami overweight. Keep fight and smile ….

= = = = = = = = = = = = = = = =

Judul : Big Is Beauty

Genre : Metropop / Chicklit

Sumber-sumber Foto : Pinterest dan Google.

Cover : Ebong-Nisnos Design

= = = = = = = = = = = = = = = =

Karakter utama dalam Cerita :

chap-preview
Free preview
[ 01 ] (Tidak) Sempurna
Kamar dengan cat berwarna kuning terang itu sepi. Jendela kaca sekaligus pintu menuju balkon lantai dua terbuka lebar, tirai berwarna cokelat tua menggantung dengan sesekali bergoyang tertiup angin dari luar. Di atas tempat tidur berukuran king yang dilapisi bedcover biru pirus bercorak bunga mawar itu, tersampir beberapa helai pakaian dengan ukuran rata-rata dobel XL. Dari arah kamar mandi di depan tempat tidur, terdengar gemercik air mengalir yang menandakan penghuni kamar rupanya sedang berada di sana.   Pintu kamar mandi terbuka perlahan, wanita yang masih sama cantiknya dengan foto-foto pernikahan dengan Dino Adlan Putra. Kini ia tampak kontras dari sisi lain penampilannya yang dapat dilihat melalui foto mesra mereka berdua sejak enam tahun lalu.   Hanya berbalut handuk Maharani Anagata—biasa dipanggil Rani, keluar dari ruangan yang pengap oleh uap air itu. Dengan langkah berat ia berjalan menuju benda yang telah lama teronggok dan terlupakan di pojok kamar.    Seraya menghela napas panjang, ia berulang-ulang mengatakan pada diri sendiri untuk tetap tenang. Meski kebiasaannya menggunakan benda itu, dulu hampir menjadi kebiasaannya. Bukanlah sesuatu yang menakutkan padahal, tetapi selalu memberikan efek kejut berlanjut kecewa berkepanjangan setelahnya.   Bibirnya mulai menghitung mundur perlahan, sambil kaki kanannya maju hendak menapak pada benda berbentuk kotak itu. “Satu, dua, tiii ... ga!” Matanya yang setengah terpejam melirik benda tersebut, ia merasa baik-baik saja. Tentu saja, memang apa yang akan terjadi dengan menaiki timbangan? Buktinya tak ada sesuatu yang terlontar akibat menahan beban berat badan perempuan berusia 33 tahun itu. Perlahan Rani membuka mata dan terperanjat.  “Aarghhh!” Ia menjerit tertahan. Jemarinya membekap mulut, matanya nanar ke arah angka yang tertera, 78 kg. Perempuan berambut keriting itu langsung syok. “Apa! Naik lagi?!” serunya tak percaya. Belum dua minggu sejak ia menimbang terakhir kali, beratnya kembali naik meski hanya dua kilo saja. Pantas ia merasa sedikit sesak saat mencoba beberapa pakaian tadi. Wanita berwajah ayu berbentuk oval dengan dagu tebal, tapi berbelah itu terduduk lesu di sisi pembaringan, menggeleng kuat. Bagaimana tidak terkejut, tinggi badannya hanya 153 cm, jika berdasarkan perhitungan sederhana tinggi dikurang 110, artinya ia mengalami kelebihan berat badan sebanyak 35 kg.    Rani termenung. Memang, sejak melahirkan anak kedua, berat badannya naik drastis. Apalagi selama satu tahun menyusui, ia sama sekali tidak menjaga pola makan. Wanita berhidung mancung dan berbibir tebal itu gemar memakan apa pun yang enak dan disukainya. Hal itu tentu saja tak mengapa, karena ia lebih mementingkan kualitas dan kuantitas ASI-nya. Ini adalah resiko yang harus ditanggung, dan sekarang ia merasa bersalah dengan kondisi tubuhnya itu.   Awalnya semua baik-baik saja. Sampai wanita itu mulai merasa terganggu ketika sering merasa lelah berlebihan, padahal aktifitas di rumah dan kantor tidak terlalu padat, ditambah lagi sebagian besar baju sudah tidak muat. “Ini salah badan apa salah bajunya, sih, kenapa sempit semua?” tanyanya pada diri sendiri setengah kesal saat mencoba beberapa setelan siang itu. Pertanyaan bodoh yang ia sendiri tahu jawabannya.   Menyikapi hal ini, ia sering berencana untuk olahraga, diet, puasa, dan lain-lain. Akan tetapi, kenyataannya lebih menggiurkan tidur, makan enak, dan bermalasan daripada melakukan semua itu. Rencana tinggallah rencana, perihal diet dan t***k bengeknya hanya menjadi wacana. Dino, sebetulnya tak pernah peduli akan berat badannya. Laki-laki itu selalu bersikap manis dengannya sehingga Rani tak memiliki cambuk pemicu yang tepat untuk menjalankan diet dengan disiplin Namun, omelan yang biasa di lontarkan wanita berkulit kuning langsat itu pada sang suami, setelah keintiman mereka pagi tadi, mengubah hidupnya.  “Mas, aku beli celana jeans lagi, ya. Celana yang aku beli tiga bulan lalu sudah sempit,” rayunya dengan nada manja. Dino, memberikan senyuman setiap wanita itu mengeluh akan berat badannya.  “Lho, katanya lagi diet, kok, malah tambah gemuk?” tanyanya seraya menatap istrinya yang tampak menggemaskan jika sedang bermanja-manja itu. “Besok lagi aja dietnya, habis aku gak tahan, Mas. Entah kenapa, kalo abis olahraga bawaannya laper,” sahut Rani membalas tatapan suaminya. “Kalau mau kurus, ya, harus ditahan, dong. Lagian, itu cemilan di kulkas banyak banget, bagaimana kamu gak tergoda.” Dino mencubit pipi tembam Rani, lalu beranjak duduk dan bersandar pada pembaringan. d**a bidangnya yang tak tertutup lagi, selalu menggoda perempuan itu untuk merabanya dengan ujung jari. “Iya, iya, tau. Tapi, sore ini ada arisan dengan teman-teman kantor. Biasanya makanannya enak-enak. Mbak Tari malah udah pesan es krim Banana Split buat dessert. Itu, kan, favorit aku, Mas.” “Tuh, kan ....” Dino menghentikan jemari istrinya yang semakin nakal, ia harus segera bangun sebab memiliki janji penting hari ini. Laki-laki itu beranjak setelah mengecup kening Rani dan berjalan ke kamar mandi tanpa penutup. Perempuan yang masih malas untuk bangkit dari kasur empuknya itu berkata sedikit keras agar sang suami tetap mendengarnya. “Kata orang, kita harus menikmati hidup! Jadi kurus atau gendut adalah pilihan, tapi makan enak adalah kebutuhan, Mas.”   Laki-laki dihadapannya berbalik dan tertawa mendengar perkataan Rani. Ia pun menimpali dengan senyum ceria yang tersungging. “Iya, kata orang juga, di balik istri yang gemuk ada pria yang selalu membahagiakan hatinya.” Rayuan maut suaminya itu membuat d**a perempuan itu berdesir. Ia tersenyum semringah seraya ikut beranjak guna merapikan tempat tidur. Beberapa menit kemudian laki-laki itu sudah harum sabun mandi, ia kini berjalan bolak-balik di dalam walking closet mencari-cari polo t-shirt yang ingin digunakan. Rani yang telah memakai jubah mandi membantunya memilih warna yang sesuai. “Terus gimana, nih, masalah jeans tadi?” tanya Rani seraya mengangsurkan jeans berwarna dongker kepada Dino. “Aku gak punya baju, nih, untuk arisan nanti.” “Baju sebanyak ini masa iya gak ada yang muat?” tanya sang suami sambil menunjuk bagian walking closet yang penuh dengan baju istrinya. “Aku maunya pake jeans. Kalo pake gamis kayak emak-emak,” rajuk wanita itu masih dengan nada manja. “Lah, kan, emang kamu ibu dengan dua anak? Masa masih mau dianggep gadis? Inget umur, Sayang,” seloroh laki-laki dengan tinggi 174 cm itu. “Kamu harus banyak bersyukur, kita hidup berkecukupan, dikarunia anak-anak yang lucu pula. Perihal berat badan aku gak pernah komplain, kan? Apalagi hanya sekedar pakaian. Itu hanya masalah kecil dalam hidup ini, jangan takut gak terlihat trendy hanya karena kamu gak pakai celana jeans, aku malah senang kamu pakai gamis, keseksian tubuhmu ini jadi tak tampak oleh laki-laki lain. Aku lebih suka itu,” nasihat suaminya itu mengetuk nurani wanita dengan senyum ramah itu. Apalagi laki-laki itu berkata sambil menyentuhnya dengan mesra.   Ia menyadari, selama ini hidupnya jauh lebih baik. Ia malu telah mengeluh perihal sepele yang justru tak pernah menjadi masalah bagi suaminya. Rani merasa semakin mencintai laki-laki itu. Betapa rasanya tak mungkin memiliki suami sesempurna Dino. Laki-laki yang menjadi impian banyak wanita.   Sedang asyik dalam lamunan, tiba-tiba ponsel Dino berbunyi. Laki-laki itu bergegas mengambilnya sebelum deringan ketiga terdengar. Sedikit panik ia mematikan layarnya, sedikit tergesa ia kembali menghampiri Rani. Ia memegang kedua pipi perempuan itu dan mengecup bibirnya sekilas. Sebelum kemudian ia segera pamit.   Tak ada yang tampak mencurigakan, laki-laki itu masihlah sosok sempurna bagi wanita itu. Akan tetapi, entah mengapa hatinya berdenyut saat menatap punggung Dino yang meninggalkan kamar. Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang. Sesuatu yang memecutnya untuk segera menguruskan badan, laki-laki sempurna seharusnya bersanding dengan perempuan yang setara.   Kini, pantulan dirinya dalam cermin menunjukkan, dirinya tak lagi sempurna.   = = = = = = = = = = = =

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.1K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.6K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
45.8K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook